Perlu Jejaring Luas untuk Menangkan Persaingan

Mempersiapkan Sumber Daya Manusia dalam Menghadapi MEA

Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata. Untuk menghadapi persaingan, lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi dituntut bisa menghasilkan lulusan berkualitas.

NITA NURDIANI PUTRI, CIBEUNYING

PERSAINGAN sumber daya manusia saat MEA bukan hanya menyentuh mahasiswa, melainkan semua orang. Dalam situasi tersebut, perlu adanya peningkatan daya saing. Menurut Anggota DPR RI Arif Suditomo, untuk kalangan mahasiswa yang perlu ditingkatkan yaitu prestasi akademik.

”Sehingga nilai IPK menjadi lebih baik, akan tetapi IPK saja tidak cukup,” kata Arif kepada wartawan di Universitas Sangga Buana (USB), Jalan PH.H. Mustofa, kemarin (5/1).

Untuk kalangan mahasiswa, perlu diperkuat juga jejering atau networking. Hal tersebut dapat membantu mahasiswa untuk mencapai cita-cita. Selanjutnya, kemampuan berbahasa asing atau kemampuan lainnya juga perlu.

Sebagai pelajar, terdapat tiga hal penting untuk menghadapi persaingan MEA, yaitu pendidikan, network dan kemampuan lainnya. Dia menegaskan, tiga hal tersebut menjadi mutlak bagi pelajar untuk menghadapi MEA. ”Kalau pelajar lulusnya asal-asalan, jangan mimpi untuk menjadi warga kawasan,” katanya.

Di tempat yang sama, Direktur Kerja Sama Ekomoni ASEAN Kementrian Luar Negeri Ina Hagniningtyas mengatakan, terdapat 19 universitas di Indonesia yang saat ini menjadi pusat studi ASEAN. ”Di kalangan universitas perlu dibangun networking, sehingga terdapat wadah kebijakan regional dan global,” katanya.

Menurutnya, dengan adanya kerja sama, para pelajar harus bisa mendapatkan beasiswa. Pada tahun 2009 sudah diadakan wacana. Lalu di tahun 2014, sudah diadakan training terkait hal tersebut. ”Sehingga tepat tahun 2016 sudah final digelar MEA,” ucapnya.

Sementara menurut Rektor Universitas Sangga Buana Asep Efendi, pada tahun 2025 akan tercapai perekonomian yang terintegrasi tinggi dan kohesif. ”Yang paling utama di ASEAN akan mengglobal,” tegasnya.

Untuk di sektor pendidikan, masing-masing perguruan tinggi akan berorientasi pada kompetensi daripada pada pembelajaran. Akan tetapi, tantangan saat ini untuk perguruan tinggi swasta dari jumlah 12216 prodi, yang mendapat akreditasi A hanya 348 prodi. ”Paling banyak terakreditasi C sekitar 47,2 persen,” katanya.

Dia mengatakan, terdapat sekitar 25,5 persen prodi yang terakreditasi oleh UU nomor 12 tahun 2012. Sementara, untuk perguruan tinggi negeri yang masih dalam proses akreditasi sekitar 16 persen. ”Untuk PTN kebanyakan prodi berakreditasi B,” tandasnya. (nit/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan