Ari, Gitaris Padi, setelah Menjalani Rehabilitasi Narkoba dan Rencana Kembalinya Padi
Gitaris Padi Ari Tri Sosianto punya spirit baru untuk menyongsong 2016. Dia baru saja lepas dari belenggu narkoba dan mencoba bangkit. Bersama personel Padi lainnya, dia bertekad menghidupkan lagi band yang vakum sejak 2010 tersebut.
DINDA LISNA AMILIA, Surabaya
AKHIR tahun yang berarti bagi Ari Tri Sosianto. Laki-laki 41 tahun itu baru saja memasuki fase baru dalam hidupnya. Yaitu, menemukan jati diri, sekali lagi
Awal 2015, Ari ditangkap polisi karena menggunakan obat-obatan terlarang. Tapi, Ari tidak dipenjara. Hakim menjatuhkan vonis rehabilitasi selama enam bulan kepada gitaris Padi itu.
Terhitung sejak akhir Januari 2015, Ari menjalani rehabilitasi dari ketergantungan terhadap narkoba. Dua bulan pertama, dia direhabilitasi di sebuah panti rehabilitasi swasta di Jakarta. Empat bulan selanjutnya, Ari direhabilitasi di rumah sakit ketergantungan obat di kota yang sama. ’’Rehabilitasi itu lebih sulit daripada penjara. Kami harus menguras tenaga, pikiran, dan perasaan,’’ ucap Ari saat ditemui Jawa Pos (Group Bandung Ekspres) di Clubhouse Regency 21 Surabaya kemarin (29/12). Ari, yang berdomisili di Jakarta, memang sedang menghabiskan liburan akhir tahun di Surabaya.
Menurut dia, kehidupan di panti rehabilitasi narkoba sangat ketat. Tidak seperti di lembaga pemasyarakatan (lapas) pada umumnya. Di panti rehabilitasi, berlaku aturan yang baku. Kondisi itu membuat Ari harus survive untuk melawan adiksinya yang parah. ’’Ketika itu pemakaian saya sudah tidak terkontrol,’’ ucap alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya tersebut.
Ari mengaku, tiga bulan pertama di panti rehabilitasi adalah masa-masa sulit. Dia berpikir, bagaimana bisa hidupnya jadi seperti itu. Dia juga harus berjuang agar lepas dari ketergantungan terhadap obat terlarang. Caranya, menata perasaan. Sebab, mood orang yang kecanduan tidak stabil. Mudah naik-turun.
Selama berada di panti rehabilitasi, Ari harus mengontrol mood agar tetap stabil. Bila terlihat sedih dan down, bukannya dihibur, dia bisa diberi hukuman. ’’Hukumannya macam-macam. Misalnya, diasingkan dari famili (teman-teman satu kelompok di panti rehabilitasi, Red),’’ paparnya dengan mata menerawang.