Bertampang Preman pun Tak Malu Meratap

Rela Menangis dan Ditertawakan demi SIM Gratis

Polres Bone Bolango memilih lomba menangis untuk mengampanyekan disiplin berlalu lintas. Peserta dituntut menunjukkan ekspresi jika dirinya atau orang yang disayangi celaka karena tak tertib di jalan raya.

CAESAR NTOMA, Bone Bolango

lomba menangis
CAISAR NTOMA/GORONTALO POST

Aksi Rahmat warga Desa Bubea dalam lomba menangis untuk mendapatkan SIM Gratis
yang dilaksanakan Polres Bone Bolango, Kamis (19/11) lalu.

SYAHRIL meraung sejadi-jadinya. Sembari bersimpuh, dia menyebut nama bapak dan ibunya berulang-ulang. Air mata meleleh di kedua pipi tanpa henti.

”Ibuuu, Bapaaak, kenapa bisa lupa pakai helm? Celakalah jadinya, huu…huu. Ibuuu…Bapaaak, aku tak relaaa,” kata warga Desa Bube, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, itu sambil terus terisak.

Tapi, seperti ditulis Gorontalo Post (Bandung Ekspres Group), tak seorang pun di teras Mapolres Bone Bolango Kamis siang lalu itu (19/11) yang berempati. Jangankan berusaha menenangkan, mereka malah menertawakan ”kedukaan” pria 31 tahun tersebut.

”Kurang ajarnya” lagi, mereka bahkan bertepuk tangan ketika Syahril akhirnya berhenti menangis. ”Bravo,” teriak sebagian di antara mereka. ”Hampir-hampir aku percaya kau kehilangan orang tuamu,” kata sebagian yang lain.

He he he, jangan keburu bersungut. Syahril memang cuma berakting. Dia ”rela” membayangkan kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan lalu lintas demi selembar SIM C gratis. ”Pengorbanan” itu tak sia-sia. Syahril terpilih memenangi lomba menangis yang diadakan Satlantas Polres Bone Bolango. Lomba berhadiah SIM C gratis tersebut merupakan bagian dari kampanye tertib berlalu lintas yang digaungkan polres yang dipimpin Kompol Jibrael Bata Awi SIK itu.

Memang terdengar janggal: mengampanyekan disiplin berlalu lintas, kok yang dihelat malah lomba menangis. Bukan lomba kecakapan berkendara misalnya. Atau mungkin uji pengetahuan peraturan di jalan raya.

Tapi, bagi Kapolres Jibrael, pesan yang ingin ditonjolkan lewat lomba yang baru pertama dihelat tersebut justru kuat. Yakni empati bagi para korban kecelakaan. Maksudnya, dengan mengingat risiko kecelakaan karena tak tertib berlalu lintas, orang bisa jadi disiplin berkendara. ”Lewat lomba yang kreatif seperti ini, pesan bisa lebih gampang masuk,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan