Djito Kasilo, Rutin Berbagi Lagu Anak Edukatif di Marinyanyi.com

Bahkan, pernah ada status di fanpage situs tersebut yang di-like netizen hingga tembus 6 juta. Angka yang fantastis, apalagi jumlah rata-rata pengunjung website hanya 100 ribuan.

Tingginya animo itu juga terlihat dari panjangnya daftar request. Djito memang membuka ruang permintaan lagu. Dia akan berupaya menulis tembang dengan lirik sesuai pesanan masyarakat.

Pengalaman sebagai ”orang iklan” memudahkannya menerjemahkan request masyarakat, seberapa pun ”uniknya” itu. Sebab, bagi dia, permintaan tersebut tak ubahnya seperti mewujudkan yang ada di benak klien yang memesan iklan.

Dan, melihat daftar request yang masuk, seperti yang ditunjukkan Djito kepada Jawa Pos (induk Bandung Ekspres), seperti menenggelamkan diri ke dalam dunia anak lengkap dengan segala kekhasan kroniknya.

Request lagu hujan dari kakek di atas contohnya. Ada pula orang tua yang memesan lagu tentang makan sayur. Gara-garanya, si anak tak mau makan sayur. ”Ada juga yang mengeluhkan anaknya tidak mau minum jus, maka saya buatkan lagu berjudul Jus,” ungkap Djito.

Permintaan lagu datang dari masyarakat di penjuru Indonesia. Yang terjauh adalah seorang guru di Desa Pelita, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Guru tersebut gundah karena anak-anak di sana kurang tergugah untuk ke sekolah.

”Ada ratusan pesanan, tapi karena kesibukan lainnya, saat ini saya hanya bisa selesaikan satu lagu dalam sehari,” jelasnya.

Biasanya dia menyempatkan membuat lagu saat malam di studio mininya. ”Bikin lagunya sih cepat. Yang lama itu bikin musik, rekaman, editing, dan mixing dengan peralatan seadanya,” imbuh dia.

Di studionya saat ini memang hanya ada perangkat-perangkat jadul. Misalnya, sebuah keyboard tua Roland E-96. Keyboard tersebut masih menggunakan disket.

Begitu pula perangkat komputernya yang masih menggunakan sistem operasi Windows XP. Padahal, Microsoft sebagai pabrikan Windows XP saat ini sudah menghentikan update dan penjualan sistem operasi tersebut. ”Saya juga tidak punya mixer. Perekamannya saya lakukan dengan tape compo dan mik yang usianya sudah uzur,” terangnya.

Segala keterbatasan itu tak sampai membuat Djito lalai kepada satu hal: pemosisian karyanya sebagai lagu anak-anak. Karena itu, di ratusan karyanya di marinyanyi.com, tidak akan ditemukan lirik asal-asalan seperti Diobok-obok yang dulu dipopulerkan Joshua Suherman.

Tinggalkan Balasan