Hapus Vivid Girls dan Bikin TV Channel

Pertama, dia melakukan talent scouting dan melakukan branding serius pada Vivid Girls. Sebutan itu mengacu pada para aktris yang dikontrak secara eksklusif oleh Vivid. Salah satu generasi pertama adalah Asia Carrera.

Kemudian, dibuatkan serangkaian acara off air untuk Vivid Girls dan di-branding secara khusus. Sampai akhirnya mereka sukses membentuk basis penonton yang kuat.

Kedua, Vivid melakukan pembedaan terhadap produksi mereka. Studio itu pula yang memperkenalkan konsep celebrity sex-tape. Salah seorang yang pernah menjadi bintangnya adalah salah seorang sosialita paling terkenal di planet ini, Kim Kardashian.

Meski sempat terjadi polemik hukum dengan Kim, tetap saja Vivid dianggap secara legal menguasai video tersebut. Pada 2010, di antara sekian ratus ribu video dewasa yang beredar di AS, sepertiganya diproduksi Vivid.

Memasuki pertengahan 2000 ketika film dewasa kian gampang didapatkan secara gratis di internet, Vivid pun terpukul. Tapi, sebagaimana entitas bisnis lainnya, mereka pun melakukan penyesuaian. ”Kuncinya, kami harus terus melakukan adaptasi,” papar Hirsch.

Dia kemudian melakukan sejumlah perubahan radikal. Yang pertama adalah meniadakan lagi Vivid Girls. Sebab, konsumen ternyata bosan jika aktris yang terlibat itu-itu saja.

Kebijakan tersebut membuat Hirsch bisa berhemat. Jika dulu Vivid memproduksi 6-7 film per bulan, kini cukup 2-3 film.   ”Para pemainnya dibayar langsung per proyek,” kata Hirsch yang menolak menyebutkan detail fee pemain maupun total ongkos produksinya.

Langkah berikutnya, dia mematikan penjualan DVD-nya dan melakukan diversifikasi media. Yang pertama tentu saja situs berbayar Vivid. ”Mungkin orang bisa menonton film dewasa gratis di internet. Tapi, jika ingin kualitas bagus dan cerita yang unik, mereka tetap harus mengakses kami,” terangnya.

Yang kedua, Hirsch melihat ceruk TV berbayar. Dia membentuk unit usaha yang khusus mengurus Vivid Channel dan melakukan penjualan. Ide itu berdasar pada perubahan tren bahwa orang tidak mau lagi ribet memutar cakram atau membuka laptop untuk menyaksikan film.

”Lebih praktis nonton pakai TV. Bosan, langsung matikan. Tidak perlu memencet tombol open dan memasukkan disc lagi,” terangnya.

Tinggalkan Balasan