Awalnya Iseng, Akhirnya Sukses Naik Podium

Namun, saat berlaga, Rama belum dapat memaksimalkan posisi strategis tersebut. Sebab, saat lap kelima, pembalap asal Filipina Jose Gerard Policarpio berhasil melaju kencang melewati Rama.

Rama tidak menyerah. Dia terus menguntit Policarpio. Namun, hingga balapan berakhir, dia tidak berhasil mendahului. ”Aku cuma dikasih pantat mobilnya aja,” ujarnya dengan nada agak sebal.

Rama hanya berselisih waktu 0,288 detik dari Policarpio yang finis dengan catatan waktu 13 menit 12,433 detik. Meski berada di urutan kedua, Rama menjadi peserta final race dengan catatan waktu tercepat, yaitu 1 menit 18,033 detik dalam satu putaran.

Meski bukan nomor satu, Rama tetap bersyukur. Sebab, dia mampu memberikan kebanggaan kepada Indonesia dan keluarganya. ”Bangga banget karena ini prestasi terbesar aku sepanjang hidup. Padahal, aku hanya gamer,” katanya

Selain mendapat piala dan sejumlah hadiah, Rama membawa pulang pengalaman berharga. Yakni, tercapainya cita-cita sebagai pembalap meski hanya beberapa saat. ”Akhirnya aku sudah menjajal rasanya jadi pembalap sungguhan. Dari sana aku tahu ternyata balapan itu bikin capek juga,” ujarnya.

Rama mengaku masih menyimpan angan-angan menjadi pembalap mobil profesional. ”Masih ada rencanaku ke sana, tapi belum tahu jalannya seperti apa,” ujarnya.

Juara kedua di Nissan GT Academy Asia 2015 ternyata bukan satu-satunya prestasi besar yang pernah dicapainya. Rama mengaku berkali-kali membawa pulang piala juara pertama dalam berbagai ajang balapan game Gran Turismo dan game balapan lainnya. Selain itu, Rama tidak hanya menjadi juara kandang di Indonesia.

Pencinta mobil Nissan Skyline GT-R R33 dan Nissan GT-R R35 tersebut juga pernah menjuarai lomba game Gran Turismo di Jepang dua kali. ”Dari sana tiba-tiba dapat undangan dari BMW buat ke Turki, buat tes mobil BMW seri M3 dan M4. Lumayan, jalan-jalan gratis,” tuturnya. (*/c10/nw/rie)

Tinggalkan Balasan