[tie_list type=”minus”]Para TKI yang Betah di Yunani kendati Tengah Dihajar Krisis (1)[/tie_list]
Krisis memang membuat para TKI di Yunani mengalami berbagai kesulitan. Tapi, program pemulangan yang ditawarkan pemerintah toh tetap tidak begitu diminati. Berikut laporan wartawan Jawa Pos (Group Bandung Ekspres) AHMAD BAIDHOWI yang baru kembali dari sana.
PEMANDANGAN khas Indonesia begitu kuat terlihat di rumah berukuran 8 x 12 meter itu. Pot-pot kecil warna hitam berisi tanaman cabai, tomat, dan pare berderet rapi di samping rumah. Cabai kuning kemerahan dan tomat hijau tampak ranum menyembul di sela dedaunan yang menghijau.
Saat Jawa Pos melangkah ke dalam rumah bercat krem itu, rasa Nusantara kian terasa. Begitu menginjakkan kaki di ruang tamu, pandangan mata langsung disambut piring-piring berisi rengginang, kerupuk, keripik kentang, dan tape ketan yang terhidang rapi di atas meja.
Di ruang tengah, mata dan hidung langsung dimanjakan aroma barisan sayur lodeh, sambal terong, oseng-oseng buncis, dan ayam goreng yang ditata melingkar. Ragam sayuran dan lauk itu menemani sebuah magic jar putih yang terbuka, memamerkan pulennya nasi putih dengan kepulan uap hangat yang menggoda.
Menu camilan dan lauk-pauk itu memang terasa biasa jika dihidangkan di sebuah rumah di Indonesia. Tapi, menjadi begitu istimewa ketika bisa ditemukan di sebuah rumah di Athena, Yunani, nun 10.200 kilometer jauhnya dari Indonesia.
”Silakan Mas dicicipi makanannya. Anggap rumah sendiri,” ujar Hendrik Yuana, pria 39 tahun asal Besuki, Tulungagung, Jawa Timur, dengan ramah kepada Jawa Pos yang bertandang ke rumahnya pada akhir Agustus lalu.
Berada di kawasan Perbukitan Voula, sekitar 25 kilometer arah selatan Kota Athena, Hendrik menyewa rumah itu sejak 2010 bersama istrinya, Suyanti, juga asal Tulungagung.
Pasangan suami istri tersebut menjadi sosok penting sejarah masuknya para tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Yunani. Total kini ada sekitar seribu TKI yang bekerja di negara yang kondisi ekonominya tengah kelimpungan itu.