Whulandary Herman sempat mengalami peristiwa tak mengenakkan saat mempromosikan film terbarunya, Bidadari Terakhir. Ia bersama promotor film tersebut didemo salah satu ormas Islam di Balikpapan, Kalimantan Timur. Film itu juga nyaris diboikot lantaran dinilai tak mendidik. ”Aku sempat shock juga,” ujar Whulan di XXI Blok M Square, Jakarta Selatan.
Peristiwa itu terjadi saat film garapan sutradara Awi Suryadi menggelar special screening bersama Pemerintah Kota Balikpapan dan awak media. Tiba-tiba puluhan anggota ormas mengajukan keberatan beredarnya film tersebut.
”Mungkin pas kita lagi promo ada yang enggak suka. Tapi menurut aku terlalu dini menilai film kita tanpa melihat ceritanya,” belanya.
Manajemen 21 Cineplex dan Blitzmegaplex kemudian dipanggil pihak kepolisian sebelum special screening digelar. Beruntung, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi memberikan kesempatan kepada dirinya bersama pihak promotor film untuk menonton bersama sejumlah orang yang menghujat.
Alih-alih dihujat, pemerintah dan masyarakat setempat memberikan applaus dan menolak adanya pemboikotan film. Saat penayangan perdana berlangsung, tiket penjualan perdana film yang dibuat di Balikpapan tersebut sold out.
Rencana ormas yang melakukan aksi demo di areal 21 Cineplex dan Blitzmegaplex pun urung dilakukan. ”Testimoninya juga luar biasa. Mereka pada suka terhadap pemain, semua nonton, mereka pun tahu titik-titik kita syuting,” kata Whulan yang berharap aksi serupa tidak terjadi di tempat lain. (ash/vil)