Setahun berikutnya, Irna merilis brand barunya Irna La Perle. Desain yang dibuat di brand keduanya itu lebih detil dari segi ornamen dan variasi bahan. Namun, mengedepankan warna-warna soft seperti putih, abu-abu, silver, mint, krem, dan warna pastel lainnya. Lewat brand keduanya pula Irna merilis busana untuk wedding. Rancangannya sudah dipakai beberapa selebritis ternama. Seperti, Oki Setiana Dewi dan Meyda Safira.
Mengenai peniru, Irna mengaku tidak masalah. Dia justru merasa bangga jika hasil desainnya disukai banyak orang. Sebab menurutnya, salah satu tolok ukur keberhasilan para desainer adalah, jika masyarakat merasa senang ketika memakai baju yang sudah dia rancang. ’’Baju yang saya buat, harus bisa saya pakai. Patokannya taste. Tapi, nggak hanya untuk yang berbadan kurus, untuk yang gemuk juga dibuat desainnya,’’ jelas dia.
Bahkan, dia pernah mengalami cerita lucu. Saat itu, kakak Irna yang juga pebisnis busana muslim di Tanah Abang, Jakarta, ditemui seorang pembeli. Kemudian, sang pembeli menunjukkan foto produk Irna. Pembeli tersebut meminta si penjual, yakni kakak Irna sendiri, untuk mengeluarkan barang yang serupa dengan produk hasil desain Irna. ’’Jadi dia (pembeli) minta barang KW (tiruan),’’ tutur perempuan yang lahir di Garut ini.
Setelah tiga brand tersebut, Irna berencana membuat satu brand lagi. Namun, dengan segmen umum yang berarti bisa digunakan untuk perempuan non hijab. Baru-baru ini, Irna juga membuat tren baru. Yakni, dengan menggunakan dan mengaplikasikan hijab panjang (atau syar’i) di setiap desainnya. ’’Itu jadi tren juga,’’ ucapnya seraya tersenyum.
Proyek berikutnya adalah membuat Indonesia menjadi kiblat fashion muslim dunia pada tahun 2020. Rencana ini bukan sekedar wacana. Namun, sudah dirumuskan strateginya oleh para perancang yang tergabung dalam APPMI. Selain itu, Irna dan kawan-kawan desainernya juga sudah beraudiensi dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Arah pembicaraannya mengenai rencana Kota Bandung sebagai Kota Mode.
Irna juga bersemangat untuk bekerja sama dengan industri perajin lokal, sebagaimana dapat ditemukan dalam koleksinya. Misalnya, ia menerapkan teknik sulam tangan Sumatera Barat dan Tasikmalaya dalam desain pakaian pengantin Irna La Perle.