Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Diskoperindagkop) KBB Weti Lembanawati mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan akan mogoknya para pedagang daging ayam selama empat hari. Selebaran ajakan mogok dari Pesat sudah menyebar di kalangan pedagang Pasar Panorama.
Di tempat yang berbeda, Hj Atisah, 61, salah satu bandar ayam di Pasar Gedong Lima menuturkan, pasokan ayam di Bandung Barat saat ini sedang kosong. Bahkan, dirinya harus mendapatkan ayam hingga ke Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. ’’Dengan mencari ayam hingga ke luar Bandung Barat, biaya ongkos lebih besar dari biasanya,’’ ucapnya.
Dalam sehari Atisah bisa menjual dalam sehari hingga 2,5 ton. Tapi hari Kamis (20/08) hanya menjual 2 ton per hari. Dia menjual ayam dalam kondisi hidup ke para pedagang berkisar Rp 27 ribu per ekor tanpa bulu. Saat ini, dirinya memiliki delapan pekerja yang harus dibayar. ’’Dari aksi demo tiga hari ke depan, saya tidak tau mau membayar mereka dari mana. Tapi, ya gimana lagi, pasokan ayam sedang kosong,’’ tandasnya.
Aksi mogok jualan juga terlihat di sejumlah pasar tradisional di Cimahi. Seperti, seluruh pedagang daging ayam di Pasar Cimindi, Jalan Mahar Martanegara, Kota Cimahi. Mulai mogok berjualan pukul 12:00 WIB. Aksi ini rencananya akan berlangsung hingga Minggu 23 Agustus 2015 mendatang.
Deni, 27, salah seorang pedagang daging ayam di Pasar Cimindi mengatakan, pihaknya hanya berjualan hingga pukul 12:00 WIB. Dengan aksinya ini, dirinya berharap harga daging ayam bisa kembali normal.
’’Tadi malam saja harganya sudah naik lagi Rp 2.000. Saya harap bisa turun lagi karena nggak kuat jualnya. Dan warga juga nggak pada beli,’’ ujar dia.
Dia menjelaskan, kenaikan harga daging ayam mulai dirasakan pasca Lebaran kemarin. Dari harga normal Rp 28 ribu hingga saat ini harganya menjadi Rp 40 ribu. Hal itu jelas mempengaruhi omset. Dari yang tadinya mampu menjual 150 ekor daging ayam, kini paling mampu hanya menjual 80 ekor daging ayam.
’’Kalau kondisinya begini saya tidak kuat jualnya kepada pembeli. Kenaikan harga ini kata peternak karena kekurangan air, karena musim kemarau. Tapi, nggak jelas juga,’’ papar dia.