”Pelemahan rupiah terhadap mata uang ini kan memang terjadi di semua negara terutama mitra dagang kita. Tapi yang jadi concern kami sejauh mana ketahanan nasabah BRI yang pertama natural hedge. Itu sudah kita lakukan stress test. Kami lihat bahwa semua aman,” katanya.
Risiko yang dialami oleh nasabah yang melakukan natural hedge cenderung kecil saat mata uang rupiah melemah. Pasalnya nasabah tersebut akan mendapatkan dan menghabiskan uang dalam mata uang yang sama. Hal tersebut juga sudah dilakukan oleh nasabah yang memiliki portofolio valuta asing (valas).
”Dia (nasabah) mendapat pendapatan tapi dia juga mengeluarkan biaya dalam mata uang yang sama artinya risikonya menjadi kecil karena mengeluarkan biaya dengan mata uang yang sama kemudian mendapatkan mata uang yang sama,” tutur Asmawi.
Langkah pemerintah Tiongkok yang melebarkan currency band Yuan sebesar 1,9 persen sehingga membuat mata uang rupiah semakin tertekan ini tidak berdampak pada kredit perseroan yang sebagian besar berada di ranah mikro.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan stressed test yang dilakukan perseroan tidak hanya kepada nasabah yang memakai dolar AS. ”Tak hanya Yuan, kepada mata uang asing yang punya portofolio pinjaman. Stressed test pendapatan dan biaya nasabah apakah kuat hadapi gejolak. ”Tapi kami tetap harus bekerja ekstrakeras agar dampak krisis tetap stabil,” ucapnya.
Sunarso menuturkan portofolio kredit perseroan pun dinilai masih aman. Pasalnya, sebagian besar nasabah dan debitur BRI merupakan pengusaha kecil yang jarang menyentuh kegiatan ekspor.
Menkeu Bambang Brodjonegoro mengakui bahwa depresiasi rupiah kali ini, cukup mengkhawatirkan. Dia menyebut, faktor utama pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah devaluasi Yuan. Dia membantah jika pelemahan rupiah tersebut terkait reshuffle.
Terkait devaluasi Yuan, Bambang meyakini, The Fed akan berpikir ulang untuk menaikkan suku bunganya. ”Devaluasi China malah bisa membuat The Fed ragu-ragu untuk menaikkan suku bunga. Karena kalau dia menaikkan tingkat bunga, makin kuat lagi dia terhadap semua mata uang. Dolar makin kuat itu juga bisa membuat Amerika berpikir dua kali,” papar Bambang di Kompleks Istana Kepresidenan kemarin.