”Menurut saya banyak manfaatnya, itu bisa membantu lebih tenang ketika bertanding. Karena paling tidak kita sudah mengetahui karakter lawan. Jadinya lebih hafal,” terangnya.
Ketenangannya pada saat mengalahkan atlet Thailand itu juga tak terlepas dari kegigihannya ketika berlatih serta ”hobinya” mempelajari lawan lewat video-video yang ditontonnya. Tak pelak, prestasinya pun tak berhenti dengan emas SEA Games 2015 saja, Riska juga berhasil merebut medali perunggu dalam kejuaraan musim panas Universiade di Gwangju, Korea Selatan pertengahan Juli lalu.
Selain itu dalam kejuaraan Chuncheon Korea Open International Taekwondo 2015,akhir Juli lalu, anak ketiga dari empat bersaudara itu juga menunjukkan penampilan yang menjanjikan saat mencapai babak perempat final.
Riska terhenti di tangan idola serta panutannya sendiri di dunia Taekwondo, juara dua kali Olimpiade 2008 Beijing serta Olimpide London 2012, Wu Jing Yu asal Tiongkok dengan skor 11-19. Meski sempat unggul jauh 8-0 di ronde pertama. Meski kalah namun penampilan yang ditunjukkannya telah menunjukkan kapasitasnya sebagai atlet Taekwondo andalan Indonesia di masa yang akan datang.
”Ya sempat nervous sih lawan idola sendiri, tapi harus diakuin saya masih banyak kelemahan. Salah satunya adalah taktik. Jadi bagaimana caranya jaga poin ketika sedang unggul,” terangnya.
Namun dirinya berharap kelemahan tersebut dapat segera ditutupi seiring dengan banyaknya jam terbang yang diberikan oleh PB TI untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan internasional untuk merebut tiket Olimpiade Rio 2016.
Ya, Riska merupakan salah satu dari tiga atlet Taekwondo yang dipersiapkan untuk mengejar tiket Olimpiade Rio 2016. Dua atlet muda lainnya adalah Reinaldy Atmanegara (-54 kg) serta Aghniny Haque (-49 kg). ”Target terdekat adalah bisa lolos di Olimpiade Rio nanti, semoga saja bisa,” tutupnya. (jpnn/fik)