ANDIR – Meski Asosiasi Pengusaha Daging dan Sapi Potong Indonesia (APDASI) Kota Bandung sudah menghentikan aksi mogok berjualan, namun itu tak cukup untuk menurunkan harga daging sapi. Di sejumlah kawasan harga komoditas daging sapi nyatanya masih mahal.
Ketua APDASI Kota Bandung Endang Mubarok menjelaskan, hal tersebut terjadi karena pasokan sapi potong (pemasok sapi) masih ada penurunan.
’’Mereka belum bisa menurunkan harga sesuai harapan kita. Tapi, hari ini (kemarin, Red) pengadaan sapi sudah mulai normal,’’ ujar dia kepada Bandung Ekspres, di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Bandung.
Dia mengatakan, kebutuhan konsumsi daging sapi Kota Bandung per harinya mencapai 250 hingga 350 ekor. Angka tersebut, kata dia, tak sebanding dengan stok pemkot yang hanya bisa menyanggupi 90 hingga 100 ekor sapi per harinya.
Dengan begitu, pemasok terbesar daging di Kota Bandung merupakan jenis impor. Kuotanya bisa mencapai 90 persen dari jumlah sapi potong yang dikehendaki Pemkot. ”Yang lokal itu malah 10 persen,” tegas dia.
Endang menjelaskan, aksi massanya beberapa waktu lalu merupakan langkah protes terhadap pemerintah pusat yang menurunkan kebijakan untuk mengurangi kuota sapi impor, dari 250.000 ekor per tahun, menjadi 50.000. Sementara kondisi di dalam negeri, sapi lokal belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. hal itu berefek pada harga daging di pasaran yang akhirnya melonjak tajam.
’’Harga sebelum Lebaran, Rp 36 ribu per kilogram (timbang hidup), Rp 73 ribu harga karkas (tulang). Jadi kalau dipasaran kisaran Rp 90 – Rp100 ribu. Intinya ingin harga daging di bawah Rp 100 ribu,’’ paparnya.
Mengenai adanya Operasi Pasar (OP) yang digelar Bulog Pusat, Endang menjelaskan, langkah tersebut tidak menjadi solusi masyarakat untuk mendapatkan daging dengan kualitas yang dibutuhkan.