Jusuf Kalla: Din Pantas Jadi Menlu

JK menambahkan, dia memberikan apresiasi atas terpilihnya duet Haedar-Noordjannah di Muhammadiyah dan Aisyiyah. Menurut dia, Nama Muhammadiyah merupakan representasi penghargaan terhadap Nabi Muhammad. Sedangkan, nama Aisyiyah mirip dengan nama istri Nabi Muhammad, Aisyah. ”Jadi kalau suami istri pimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah, itu sunnah nabi,” tambahnya seraya tertawa.

Sementara itu, Haedar mengakui tidak mudah menjadi penerus Din, karena 10 tahun terakhir organisasi Muhammadiyah berkembang pesat. ”Di belakang saada bayang-bayang pak Din, Buya Syafii Maarif, mengemban bayang-bayang itu tidak mudah,” tuturnya.

Sejak kemarin, dia mengepalai Pimpinan Pusat Muhammadiyah, tujuh organisasi otonom, 34 pimpinan wilayah, 488 pimpinan daerah, 3.655 pimpinan cabang, dan 13.540 pimpinan ranting. Itu belum termasuk puluhan ribu amal usaha Muhammadiyah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air.

Haedar menuturkan, Muhammadiyah akan memperluas area dakwah bersama kelompok-kelompok lain, termasuk kelompok yang berasal dari agama berbeda. Sebuah agama harus didalami betul substansinya sehingga melahirkan kesalehan, perilaku damai, kecerdasan, dan toleran, dan konstruktif. Sehingga, tidak sampai mencetak paham radikal dan konflik.

Muktamar sudah menghasilkan banyak rekomendasi, terutama dalam hal pengelolaan sumber daya alam, aset negara, hingga menumbuhkan budaya cinta ilmu. Rekomendasi itu akan dipilah satu persatu dan dibagi pengerjaannya oleh para anggota PP Muhammadiyah.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyatakan, pihaknya belum menentukan apakah struktur PP Muhammadiyah akan ditambah seperti pada saat era Din Syamsuddin. Pada periode sebelumnya, anggota PP memasukkan tambahan lima orang di struktur PP. ”Nanti tergantung rapat pleno yang kami lakukan, tentunya sesuai dnegan kebutuhan,” ucapnya.

Acara penutupan berlangsung singkat, hanya sekitar satu jam. Sejak kemarin, para muktamirin secara bertahap mulai meninggalkan Makassar dan kembali ke wilayah masing-masing. Muktamar selesai tanpa ada ganjalan, bahkan melahirkan era baru kepemimpinan di awal abad kedua Muhammadiyah dan Aisyiyah dengan terulangnya sejarah Ahmad Dahlan dan Siti Walidah yang memimpin kedua organisasi itu di masa-masa awal terbentuknya.

Di luar arena, Din Syamsuddin menanggapi pidato JK dengan santai. ”Beliau sudah sering bercanda,” ujarnya usai penutupan muktamar. Dia menuturkan, usai melepas jabatan di PP Muhammadiyah, dia akan lebih sering berada di luar negeri karena dia menjadi anggota dari sejumlah organisasi internasional.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan