PRODUKSI air di Kota Bandung selama musim kemarau ini sebenarnya diprediksi masih masuk dalam kategori aman. Namun, bila serupa terus berlangsung hingga dua bulan ke depan, Bandung diprediksi akan kesulitan air atau produksinya akan terganggu.
Hal tersebut dijelaskan oleh PLT Direktur Utama PDAM Tirtawening Pian Sopian. Dia menjelaskan, kemungkinan besar produksi air akan terganggu apabila satu hingga dua bulan ke depan, hujan belum juga turun. ’’Biasanya dampak kekeringan baru kita rasakan setelah tiga bulan kemarau panjang. Begitu juga sebaliknya saat musim hujan, baru tiga bulan kemudian, produksi air akan kembali normal,’’ papar dia.
Meski begitu, menurut data yang dimilikinya hingga kini pasokan air dalam tahap wajar. ’’Saat ini produksi kita masih stabil, sekitar 2.700 liter per detik. Itu masih normal. Alhamdulillah sampai saat ini kita belum merasakan dampak kekeringan di Kota Bandung,’’ ujar dia.
Menurutnya, ada tiga sumber air yang diambil PDAM yaitu air permukaan, mata air, dan air tanah. Untuk air permukaan diambil di kawasan Cikalong, Pangalengan. ’’Debit airnya 1.400 liter per detik. Masih normal,’’ ujar dia.
Selain itu dari Sungai Cikapundung dan Bantar Awi Dago, dari keduanya hampir 1.000 liter per detik. ’’Mata air kita ambil dari kawasan Lembang sekitar 200 liter per detik,’’ tutur dia.
Sementara untuk produksi air dalam tanah dirinya menjelaskan, produksi tersebut juga terbatas. Namun hal itu bukan disebabkan musim kemarau panjang, melainkan alih fungsi lahan di daerah resapan Bandung Utara. ’’Produksinya jauh dibandingkan dulu tahun 1990-an. Saat ini hanya 100 liter per detik, dulu tahun 90 an, 400 liter per detik,’’ terang dia.
Jika pihak PDAM merasa optimistis, lain halnya dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Bandung. Kepalada Distan KP Kota Bandung Elly Siti Wasliah mengaku, musim kemarau kali ini di luar dugaan karena ada pula elnino yang menyebabkan musim kemarau lebih panjang.