Benahi Lingkungan lewat Rasa

ASTANAANYAR – Permasalahan lingkungan di Kota Bandung, belum juga selesai. Hal ini bisa dilihat dari tidak seriusnya pemerintah membenahi taman Tegallega. Pasalnya, taman yang kaya nilai sejarah itu, dibiarkan ditumpuk sampah selama dua bulan.

Sampah yang semula hanya berupa organik kini bercampur dengan sampah rumah tangga. Memasuki musim kemarau, gunung sampah mulai mengeluarkan bau tidak sedap. Sejumlah warga yang setiap pagi melakukan aktivitas olah raga mulai mengeluhkan sampah tersebut. ”Awalnya hanya sebagai tempat buang sampah sementara, karena setiap dua hari sekali diangkut. Sekarang sudah hampir dua bulan tidak diangkut,” ungkap Dendy Agustian, 45, warga Pasirluyu Bandung kepada Bandung Ekspres, di sela kegiatan jalan pagi, kemarin (29/7).

Sampah yang semakin menggunung di Lapang Teggalega atau Taman Asia Afrika itu juga semakin meluas. Kini, gunungan sampah sudah merapat ke pagar area parkir eks kolam renang Tirtalega yang dipergunakan untuk aktivitas senam.

Hal ini menjadi bahan perbincangan beberapa komunitas lingkungan di Kota Bandung, salah satunya Greeneration Indonesia. Menurut Sano, salah satu penggerak lingkungan Greeneration, ada banyak permasalahan yang dari dulu hingga kini masih terus berlangsung. Contohnya masalah ketersediaan air yang disaat musim hujan banjir dan waktu kemarau sulit didapat. ’’Padahal, masalah ini sudah puluhan tahun terjadi,” ujar Sano, dalam kegiatan Kesadaran Baru Hidup Ekoligis, bertempat di Eco Camp (Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup), Jalan Dago Pakar Barat, Bandung.

Hal yang perlu dilakukan saat ini menurut Sano, bukan pada tatanan kebijakan dengan wacana dan program pemerintah ataupun komunitas maupun penggerak lingkungan. Yakni lebih ke pendekatan individu, berupa pendekatan rasa. Hal ini telah banyak dilakukan oleh aktivis lingkungan seperti yang dilakukan Eco Camp sejak tahun 2002, yang menularkan nilai-nilai kesadaran akan hubungan manusia dengan alam dan lingkungan.

Apa yang diungkapkan oleh Sano bersama sejumlah aktivis lingkungan lainnya, dibenarkan pula oleh Ferry Sutrisna Wijaya, salah seorang pengurus Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup Eco Camp. Pihaknya mengaku, tidak hanya mengadakan kegiatan dengan mengajak mereka yang peduli akan alam dan lingkungan dengan bertanam pohon atau menyelamatkan suatu kawasan dengan action. ’’Tapi kami mencoba menyentuh hati mereka, yang kemudian secara tidak terasa mereka mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas dia. (kha/tam)

Tinggalkan Balasan