Efisiensi Tembus Rp 2,2 Triliun

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) masih memperbaiki kinerja keuangan setelah babak belur pada dua bulan pertama 2015. Sampai Mei lalu, BUMN energi itu tercatat berhasil meningkatkan efisiensi USD 172 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun (kurs Rp 13 ribu). Efisiensi tersebut hampir menutup kerugian awal yang menembus Rp 2,7 triliun.

PELAYANAN: Petugas SPBU saat melayani pembelian bbm.
PELAYANAN: Petugas SPBU saat melayani pembelian bbm.

VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menjelaskan, efisiensi itu masih diperoleh dari breakthrough project. Pertamina optimistis efisiensi bakal terus memberikan efek positif karena angka yang dicapai di atas target. ”Lima bulan pertama, targetnya di level USD 168 juta,” ujarnya.

Dia menjelaskan, pencapaian tersebut meningkat signifikan jika dibandingkan dengan realisasi kuartal I 2015 yang mencapai USD 96 juta. Wianda memahami, turunnya harga minyak membuat industri migas memasuki masa suram. Namun, efisiensi harus dilakukan supaya kondisi keuangan perusahaan tetap sehat.

”Target Pertamina, selama setahun bisa melakukan efisiensi sampai USD 479 juta (sekitar Rp 6,2 triliun),” tegasnya.

Sentralisasi pengadaan menyumbang efisiensi terbesar saat ini. Perusahaan yang dipimpin Dwi Soetjipto itu mengubah pola pengadaan yang selama ini dilakukan korporat.

Unit dan anak perusahaan yang dulu terpisah kini terpusat melalui Procurement Excellence Group Pertamina. Cara itu terbukti mampu memberikan efisiensi sampai USD 66 juta. Tidak berhenti di situ, Pertamina juga memperkecil volume losses minyak dan produk.

Begitu juga segi pengadaan oleh ISC. Wianda menjelaskan, beralihnya sistem pengadaan dari Petral ke ISC memberikan dampak efisiensi yang besar. ”Tendernya bisa menghasilkan harga yang lebih kompetitif,” ungkap perempuan penggemar novel misteri itu.

Keuntungan lain, ISC berhasil meyakinkan bahwa metode pembayaran tidak lagi sepenuhnya menggunakan letter of credit. Menurut dia, hal itu menunjukkan meningkatnya kepercayaan importer terhadap Pertamina. ”Kami juga memperbaiki pengelolaan treasury perusahaan yang mencapai USD 6,22 juta,” terangnya.

Meski industri migas memasuki masa sulit, Wianda yakin target efisiensi bisa dicapai. Efisiensi juga dilakukan perusahaan migas lain dengan berbagai cara. Misalnya, pemotongan rencana belanja investasi hingga pemutusan hubungan kerja. Pertamina bertekad mempertahankan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan