Benarkah Margareith adalah seorang psikopat? Dokter Nalini Muhdi Agung SpKJ menegaskan, untuk menentukan seseorang psikopat atau bukan, prosesnya tidak sederhana. ’’Harus dilakukan pemeriksaan yang holistik (menyeluruh). Jika mengacu pada informasi polisi tersebut, lebih pas jika saya sebut Margareith itu mengalami gangguan kepribadian atau difficult personality,’’ jelasnya.
Menurut Nalini, ada faktor-faktor yang harus dipastikan dulu ke Margareith sebelum disebut psikopat. Misalnya, apakah dia bisa belajar dari kesalahan atau tidak. Dokter yang sehari-hari berpraktik di RSUD dr Soetomo Surabaya itu menyatakan, harus ada observasi minimal dua minggu dan bisa diperpanjang untuk mengetahui masalah gangguan kepribadian.
’’Kita harus yakin dulu bagaimana agresivitas, kemarahan, serta paranoidnya. Yang juga penting adalah melihat masa lalu, masa kecilnya, apakah pernah mengalami child abuse atau domestic violence lainnya,’’ paparnya.
Sementara itu, Kepala Kedokteran Forensik RSUP Sanglah dr Dudut Rustyadi menegaskan, penyebab kematian siswi SDN Sanur itu adalah pendarahan di otak kecilnya. Indikasinya, ditemukan luka bekas hantaman benda tumpul di kepala gadis mungil tersebut. ’’Jadi, penyebab kematian Angeline adalah pendarahan pada otak, bukan karena jeratan tali pada lehernya,’’ tegasnya.
Sementara itu, untuk luka memar di sekujur tubuh Angeline, Dudut memastikan luka tersebut tidak hanya didapat pada hari Angeline menghilang 16 Mei, tetapi juga selama masa hidupnya. ’’Saya rasa luka memar itu tidak hanya pada hari dia terbunuh. Itu luka memar selama dia hidup,’’ ucapnya.
Bagaimana soal informasi tim penyidik polisi bahwa Angeline mengalami kekerasan seksual sebelum tewas dibunuh? Dudut menyatakan, olah forensik sejauh ini belum bisa memastikan hal itu. ’’Sebab, tanda-tanda kekerasan seksual paling lambat dapat diketahui selama tujuh hari. Namun, karena kondisi jenazah Angeline mulai membusuk, hal tersebut tidak dapat diketahui secara pasti,’’ jelasnya. (jp/tam)