Indonesia Tamu Kehormatan ’Frankfurt Book Fair’

[tie_list type=”minus”]17 Wartawan Jerman Temui Jokowi[/tie_list]

JAKARTA – Indonesia terpilih menjadi tamu kehormatan dalam ajang sastra dan kebudayaan berskala internasional di Jerman bertajuk ’Frankfurt Book Fair’ yang akan dilangsungkan pada 14-18 Oktober 2015.

”Indonesia mendapatkan kesempatan terpilih sebagai tamu kehormatan dalam Frankfurt Book Fair, yang akan memamerkan karya sastra, musik dan kebudayaan, termasuk arsitektur dan seni patung,” ujar Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah dan Kebudayaan Anies Baswedan yang mendampingi kedatangan 17 wartawan Jerman menghadap Presiden Joko Widodo, Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, kemarin (3/6).

Menurut Anies, Presiden Jokowi menanggapi dengan baik atas terpilihnya Indonesia sebagai tamu kehormatan dalam ajang tersebut. Terkait dengan pertemuan para jurnalis Jerman dengan Presiden Jokowi, Anies mengatakan mereka datang untuk berbincang dengan Presiden Jokowi dan membuat tulisan mengenai budaya dan sastra Indonesia.

”Karena Indonesia menjadi tamu kehormatan, maka mereka (wartawan Jerman) datang ke sini untuk menuliskan secara khusus. Ada 17 wartawan yang datang. Mereka ditemani Ketua Komite Nasional Frankfurt Book Fair Gunawan Muhammad dan dengan Pak Slamet Rahardjo,” ucapnya.

Sementara itu, perwakilan delegasi dari Jerman Claudia kaiser mengatakan, Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara, namun kebanyakan warga Jerman tidak mengetahui apapun mengenai Indonesia, bahkan tidak tahu kalau Bali itu berada di Indonesia.

”Dalam ajang tersebut, panitia Frankfurt Book Fair akan menampilkan seluruh karya sastra, seni dan budaya asal Indonesia yang terkenal dengan keragaman kebudayaannya,” ujar Claudia.

Pada kesempatan yang sama, seniman Slamet Rahadjo yang ditunjuk sebagai Ketua Komite Nasional Frankfurt Book Fair mengatakan bahwa kedatangan para jurnalis asal Jerman ke Indonesia bertujuan untuk menuliskan mengenai sastra dan kebudayaan di Indonesia.

”Kedatangan mereka kemari memberikan jawaban kongkrit atas indonesia yang telah menjadi inspirasi satra. Tanpa disadari, kita telah menjadi laboratorium alam tentang pluralisme,” ujar Slamet Rahadjo.

Slamet Rahardjo juga mengatakan bahwa kepentingan Indonesia dalam hal ini adalah untuk branding sebagai negeri sumber inspirasi untuk dunia luar. ”Tapi kalau ke dalam negeri adalah untuk penggalakan literasi untuk menjadi lebih baik,” tambah Slamet. (bbs/fik)

Tinggalkan Balasan