’’Secara khusus dan tidak berhubungan dengan hukuman, Komite Eksekutif FIFA telah memutuskan bahwa tim nasional Indonesia dapat meneruskan keikutsertaan mereka di SEA Games hingga keikutsertaan mereka berakhir,” bunyi pernyataan FIFA di surat resmi yang mereka keluarkan mengenai penjatuhan hukuman terhadap PSSI.
Sementara itu, pihak PSSI yang berada di Kongres FIFA di Zurich, Swiss, yakni Presiden PSSI La Nyalla Mattalitti, Sekjen PSSI Azwan Karim dan Wakil Ketua Umum PSSI Hinca Panjaitan, akan terus berjuang mendapatkan kesempatan bermain di SEA Games. Hal ini juga tak terlepas dari pertimbangan nasionalisme dan Timnas U-23 yang sudah berada di Singapura untuk persiapan melaksanakan pertandingan cabang olahraga sepak bola.
Terpisah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya buka suara menyikapi langkah pembekuan PSSI oleh Kemenpora dan jatuhnya sanksi FIFA. Jokowi menyatakan dukungan penuh pada keputusan pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. Dia pun mengaku tidak masalah jika sanksi FIFA atas Indonesia adalah harga yang harus dibayar demi perbaikan persepakbolaan nasional.
’’PSSI butuh reformasi total, pembenahan manajemen, pembenahan sistem,’’ ujarnya di Bandara Halim Perdanakusuma usai kunjungan kerja dari Sulawesi kemarin (30/5).
Mantan walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta ini pun rupanya sudah menyiapkan data dan fakta untuk mendukung argumentasinya. Berbekal lembar catatan, Jokowi lantas membeber rapor buruk PSSI dalam beberapa tahun terakhir. ’’Coba dilihat, sepuluh tahun terakhir, prestasi kita apa?’’ tanyanya.
Dia pun menyebut Indonesia yang selalu gagal dalam kualifikasi Piala Dunia. Bahkan, untuk level Piala Asia pun, pada 2004 dan 2007 Indonesia hanya mampu menjejak hingga babak I, dan pada gelaran 2011 tidak lolos kualifikasi. ’’Kita (selama ini) ikut terus event internasional, kualifikasi Piala Dunia, di tingkat Asia, ASEAN. Tapi kita malu terus, kalah lagi, kalah lagi, kalah lagi,’’ katanya dengan nada tinggi.
Jokowi juga menyinggung peringkat Indonesia di FIFA. Misalnya, pada 2012 Indonesia hanya bertengger di peringkat 156, lalu pada 2013 melorot ke peringkat 161, kemudian pada 2014 dan 2015 hanya mampu naik tipis ke peringkat 159.