[tie_list type=”minus”]Hasil Sidak Wali Kota ke Saritem[/tie_list]
ANDIR – Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bersama jajaran Polrestabes Bandung dan sejumlah aparat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kawasan Saritem. Sidak ini dilakukan agar tidak ada lagi praktik prostitusi terselubung pascarazia yang dilakukan minggu lalu.
Didampingi Kapolrestabes Bandung Angesta Romano Yoyol, Emil—sapaan akrabnya—juga mendengar keluhan dari warga Saritem. Mayoritas yang mengeluh adalah pedagang dan mucikari.
Seperti yang dituturkan Cahyadi. Dia mengaku, menjadi mucikari di Saritem sejak 2008. Lagi-lagi alasan kebutuhan ekonomi yang dikedepankan ia memilih profesi tersebut. Terlebih, setelah dirinya di-PHK dari tempat dia bekerja. ’’Di antara warga di sini, saya sedikit beruntung. Pendidikan saya D3. Saya dulu kerja di BUMN, tepatnya di IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia) dari 1987 sampai 1998,’’ ujar Cahyadi kemarin (29/5).
Dia mengaku, pernah menjadi pedagang kaki lima (PKL). ’’Terakhir saya dengan sangat terpaksa menjadi mucikari,’’ tuturnya.
Tiga pekerja seks komersial (PSK) jadi anak buahnya. Mereka berasal dari Palimanan. Cahyadi mengaku, mendapatkan uang untuk hidup dari hasil ‘jualan’ anak buahnya itu. Tapi, dia tidak menyebutkan berapa uang yang didapat dari hasil setoran anak buahnya. ’’Cukuplah untuk makan saya sama empat anak. Kalau istri saya sudah meninggal beberapa tahun lalu,’’ kata dia.
Setelah kawasan digerebek pekan lalu, dia mengaku tiga anak buahnya kabur entah kemana. Meski begitu, dia mengatakan tidak anti terhadap penutupan tempat prostitusi Saritem. ’’Saya tidak anti. Tapi saya minta solusi. Tolong yang dikedepankan itu solusi,’’ pintanya.
Cahyadi menambahkan, sebenarnya dia ingin memiliki pekerjaan yang layak dan halal. ’’Waktu kecil saya juga kalau ditanya guru cita-citanya mau jadi apa, saya tidak menjawab ingin germo,’’ tegasnya.
Dialog terbuka itu digelar di Masjid Darut Taubah Bandung. Emil juga mendengarkan keluhan dari Ketua RT setempat, Erwin Junaedi. Dia mengaku, mendapat banyak keluhan pasca penggerebekan Saritem. Sebab, pembekuan Saritem itu seolah mematikan ekonomi warga setempat.
Di hadapan Emil, Erwin meminta solusi kepada orang nomor satu di Bandung tersebut. ’’Sama, saya juga dituntut sama warga ini bagaimana solusinya? Saya juga bingung. Kalau ini ditutup mereka mau kerja apa?’’ kata Erwin.