Rayu Penenun Tua agar Mau Ajari Anak Muda

Kesuksesan Dinny menggelorakan kain tenun Toraja tak lantas membuatnya berpuas hati. Sebab, papar ibu dua anak itu, masih banyak kain tenun dari daerah lain yang terancam punah. Karena itu, Toraja Melo pun melebarkan sayap dengan memberikan pelatihan dan memberdayakan penenun di Sulawesi Barat serta Flores Timur.

Saat ini pelatihan dan pemberdayaan itu sudah melibatkan 100 penenun di Mamasa, Sulawesi Barat, serta 150 penenun di Pulau Adonara dan Pulau Lembata, Flores Timur. ”Jadi, sekarang ada sekitar 500 penenun yang menjadi mitra kami,” ucapnya.

Kegigihan dan ketekunan Dinny serta seluruh kru Toraja Melo kini terbayar sudah. Kain tenun yang terancam punah itu kini mulai bangkit. Karya-karya indah Toraja Melo juga sering muncul di pergelaran-pergelaran bergengsi seperti Indonesia Fashion Week.

Berbagai penghargaan pun dia raih. Misalnya, pada 2013 dia menerima Indonesian Women of Change Award dari Kedutaan Besar Amerika Serikat, lalu penghargaan Best Creation Award dari Bank Negara Indonesia (BNI). Pada 2014, Toraja Melo masuk daftar bergengsi 50 Leading Companies for Women dari APEC (Asia-Pacific for Economic Cooperation) atau 50 perusahaan yang memajukan perempuan di kawasan Asia-Pasifik.

Yang terbaru, pada Maret 2015 Toraja Melo terpilih sebagai salah satu Honorable Mention oleh Arthur Guinness Projects & Ashoka Changemakers di tingkat global. Tapi, sejatinya bukan beragam penghargaan bergengsi itu yang paling dinanti Dinny. ”Saat orang-orang bangga memakai kain tenun, itulah penghargaan paling membahagiakan bagi saya,” ucap dia. (owi/c11/kim)

Tinggalkan Balasan