Mengenang Momen 1955

Teti harus kecewa karena sudah dicegat pasukan pengamanan sebelum mendekat. Padahal, dia punya kenangan tersendiri dengan KAA 20 tahun. Saat hamil ada peringatan 40 tahun KAA 1995 lalu, dia mengaku sempat bersalaman dengan mantan pimpinan Palestina Almarhum Yasser Arafat.

’’Seenggaknya mobilnya dibukalah biar saya bisa dadah dadah. Tapi kebanyakan tertutup. Untungnya, pak Jokowi sempat melambai,’’ terangnya.

Dalam Gedung Merdeka, Jokowi dalam pidatonya, mengulangi kata cita-cita. Dia mengaakan, sebuah bangsa harus mendapat kehidupan yang layak, merdeka, adil dan sejahtera. ’’Mari kita gelorakan kembali Semangat Bandung. Mari kita lanjutkan perjuangan para pemimpin kita 60 tahun yang lalu. Kita harus meningkatkan saling pengertian, dan mewujudkan perdamaian dunia. Segala bentuk kekerasan harus dihentikan,’’ ungkap dia. Dia juga menegaskan, kemerdekaan Palestina harus diperjuangkan.

Dia kembali menegaskan perlunya demokrasi terkait politik global dalam pidato pembukaan. Hal tersebut dinilai bisa diwujudkan dengan mempererat kerjasama ekonomi antara dua benua. ’’Kita harus bahu-membahu supaya bangsa kita sejajar dengan bangsa-bangsa maju di belahan dunia yang lain,’’ ungkapnya.

Umpan tersebut langsung disambar oleh Mugabe yang terus menyoroti absennya perwakilan Afrika dalam penentu keputusan di PBB. Dia masih menegaskan perlunya perubahan dalam sistem dan struktur lembaga dunia itu. ’’Sudah banyak halangan prosedural yang dilakukan untuk menekan kita. Itu harus dilawan mulai dari sekarang,’’ ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Jokowi pun sempat menandatangani Bandung Message dengan dua kepala negara perwakilan lainnya. Yakni, Xi Jinping dan Raja Swaziland Mswati III. Rangkaian pun dilanjutkan dengan jeda karena salat Jumat kemudian peresmian monumen Asia Afrika.

Jamuan makan siang pun dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di rumah dinasnya Gedung Pakuan. Dari sana, delegasi pun langsung dilepas untuk kembali ke negara masing-masing.

Perhelatan KAA harusnya menjadi event elegan antar kepala negara. Namun, hal tersebut bukan berarti rangkaian berjalan mulus tanpa celah. Ada saja beberapa cerita-cerita unik nan kocak yang muncul.

Salah satu cerita muncul dari dua kepala negara Kim Yong Nam dan Robert Mugabe. Dua tokoh dunia tersebut tak terlihat pada salah satu momen penting pada acara hari terakhir KAA: napak tilas alias historical walk. Padahal, Mugabe seharusnya memberikan sambutan sebagai ketua Uni Afrika.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan