[tie_list type=”minus”]Konsumsi Beras Masih Tinggi[/tie_list]
ANDIR – Pemerintah Kota (pemkot) Bandung mencanangkan hari tanpa nasi atau ‘One Day No Rice’. Kampanye ini bertujuan menekan tingginya konsumsi beras di Kota Bandung. Namun, program ini belum diikuti oleh masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Bandung Elly Wasilah mengatakan, dipilih hari Senin sebagai hari tanpa nasi. Sebab, mayoritas penduduk Indonesia dan Bandung adalah muslim, yang terbiasa puasa sunnah Senin-Kamis. ’’Kita juga tetap mengingatkan kepada pengusaha catering atau restoran, agar bisa memberikan alternatif pilihan untuk menyediakan pangan lokal selain nasi,’’ ujarnya kepada Bandung Ekspres kemarin (8/4).
Menurut Elly, karbohidrat tak selalu didapat dari beras putih atau nasi. Oleh karena itu, dia menyarankan, saat hari tanpa nasi, masyarakat mencari makanan alternatif lain. Seperti, jenis umbi-umbian, jagung, roti gandum dan kacang-kacangan. ’’Jadi, makanan yang mengandung karbohidrat bukan cuma beras atau nasi,” tuturnya.
Dia menjelaskan, program hari tanpa nasi tersebut tak perlu dikhawatirkan. Sebab, masyarakat masih dapat mendapat sumber energi dari jenis makanan lain. Bila program sehari tanpa nasi ini tidak dibiasakan, Elly khawatir akan menyebabkan krisis beras. Sehingga, berdampak pada kenaikan harga beras.
Imbauan sehari tanpa nasi ini berlaku setiap Senin untuk mengurangi ketergantungan konsumsi beras. Sekaligus alternatif menyiasati isu krisis pangan. Sebab, konsumsi beras di Indonesia masih tinggi sekitar 100 kilogram per kapita, sementara di Jepang 60 kilogram per kapita. ’’Harapannya, dengan adanya hari tanpa nasi, masyarakat bisa mencari alternatif bahan makanan pokok lainnya,’’ katanya.
Elly menerangkan, harga beras melonjak tinggi karena lahan untuk pertanian semakin sempit. Sebab, setiap hari pembangunan terus dilakukan, sementara daya konsumsi masyarakat terhadap nasi setiap hari semakin bertambah. (mg1/tam)