PRANCIS – Angin perpecahan antara Red Bull dengan pemasok mesinnya Renault berhembus semakin kencang. Wacana pabrikan Prancis itu untuk mundur dari Formula 1 juga kembali muncul dalam jumpa pers resmi jelang GP Malaysia di Sepang kemarin (27/3).
Direktur Sport Cyril Abiteboul menyatakan, saat ini ada beberapa opsi yang sedang dikaji untuk menentukan masa depan Renault di ajang Formula 1. Yang paling kuat adalah menghentikan kerjasama dengan Red Bull dan berkolaborasi dengan Toro Rosso.
Opsi lain adalah mundur secara penuh dari Formula 1 jika dirasa kehadirannya di balapan bergengsi itu tidak lagi membawa dampak signifikan kepada brand. Sejumlah opsi tersebut muncul setelah Renault diserbu kritikan tajam dari partner-nya sendiri Red Bull yang menganggapnya gagal menciptakan mesinhandal untuk bersaing dengan Mercedes.
’’Jujur, jika Formula 1 akan berdampak buruk bagi reputasi Renault, kalau kita kesulitan bersaing dengan regulasi F1 saat ini, dan jika F1 tidak membawa nilai positif terhadap apa yang sudah kami sumbangkan, kami akan memikirkan banyak pilihan termasuk keluar dari F1. Coba pikirkan, sebagai pemasok mesin kami tidak mendapat insentif secara finansial untuk mengembangkan dan membiayai program pengembangan itu,’’ keluhnya.
Abiteboul menjelaskan, kehadirannya di F1 didasarkan ambisi untuk bersaing dengan pabrikan-pabrikan terbaik di dunia. Dengan menjuarai pembalap dan konstruktor empat musim beruntun, Renault masih merasa sebagai pemain kredibel di ajang F1. ’’Tapi kami juga memikirkan pilihan lain. Toh ini adalah pasar terbuka, kami punya kapasitas untuk melakukan negosiasi dengan banyak pihak,’’ tandasnya.
Kekesalan Renault membuncah setelah Bos Red Bull Christian Horner melontarkan kritik tajam lantaran hasil buruk di GP Australia. Horner menyebut program pengembangan mesin Renault kacau balau sehingga berdampak buruk pada jebloknya prestasi Red Bull sepanjang musim lalu dan awal tahun ini.
Namun, Abiteboul menyatakan bahwa fokus Renault saat ini adalah membuat mesin Renault Energy F1-2015 semakin mudah dikendalikan. Dia mengakui, performa buruk Red Bull di seri pertama sama sekali diluar dugaan. ’’Kalau kami sudah bisa memperbaiki mesin ini, baru kami akan mengevaluasi situasi di F1 dalam perspektif marketing,’’ katanya.