JAKARTA – Berbagai respon negatif muncul berkaitan adanya format jadwal baru kompetisi ISL 2015 yang sudah disebarkan PT Liga Indonesia (LI) sejak Senin lalu (2/3). Penyebabnya adalah pemampatan jadwal pertandingan selama sepekan membuat klub bakal merasakan suasana kompetisi yang berat. Apalagi sepanjang musim nanti, setiap klub akan menjalani 34 pertandingan.
Mundurnya kick-off ISL yang mencapai satu bulan memaksa PT LI harus membuat jadwal selesai pada akhir November. Salah satu aspek yang tidak banyak diperhatikan adalah faktor recovery pemain sepak bola. Joko Driyono, CEO PT LI kepada media sebelumnya menggambarkan bahwa padatnya kompetisi ini bakal berlangsung sepanjang hari dalam sepekan.
Artinya setiap hari akan ada pertandingan ISL yang bakal tersaji bagi pecinta sepak bola tanah air. ’’Mungkin seminggu bisa sampai tiga kali kali klub bertanding,’’ ujar Joko. Situasi ini memaksa klub harus memutar strategi untuk mencapai performa yang diharapkan.
Jadwal yang superpadat ini akan memberikan dampak negatif bagi pemain dan klub secara keseluruhan. Apalagi bagi klub ISL yang mewakili Indonesia di ajang Asia, seperti Persib Bandung dan Persipura Jayapura.
Salah satu yang menganggap jadwal ISL yang baru terlalu berat adalah Dejan Antonic, pelatih Pelita Bandung Raya (PBR). Kepada Jawa Pos (induk Bandung Ekspres) kemarin (3/3), Dejan menyatakan bahwa jadwal yang ada ini bisa memusingkan semua klub. Sebab, mepetnya jadwal plus waktu perjalanan ke daerah lain di Indonesia bisa menguras tenaga dan psikis pemain sebelum bertarung di lapangan.
’’Lucu ini lucu, bagaimana mau bicara kualitas kalau jadwal yang dibuat hanya agar segera selesai,’’ jelasnya.
Dengan jadwal seperti ini, Dejan menjelaskan bahwa bisa membuat resiko cedera pemainnya semakin tinggi. Wajar, karena hanya melakukan recovery singkat tidak menjamin pemain sepak bola bisa tampil prima di lapangan.
Berdasar teori kepelatihan, waktu istirahat pemain sepak bola antar pertandingan yakni 2×24 jam. Artinya, kalau dihadapkan pada tiga-empat kali jadwal pertandingan selama sepekan situasi itu akan merugikan pemain. ’’Kalau seperti ini terus, bagaimana mau bisa menghasilkan pemain sepak bola yang berkualitas,’’ bebernya.