Ujicoba tersebut dilakukan di sekitar 500 sekolah di seluruh Indonesia. Kebanyakan merupakan sekolah SMK karena memiliki fasilitas komputer yang lebih lengkap. Namun, untuk SMA belum semuanya siap. Seperti penuturan Priscilla dan Ridwan, siswa SMAN 12 Bandung. Di sekolahnya sudah diterapkan ujicoba Unas berbasis komputer. Sebab, siswa diminta mengerjakan soal di komputer pribadi di rumah, menggunakan kode-kode dari sekolah.
’’Tapi menurut aku itu tidak efektif. Kan kita bisa aja nyontek, atau googling jawabannya di internet,’’ kata Priscilla kepada Bandung Ekspres kemarin.
Sehari sebelumnya, Anies juga berkunjung ke komunitas Celah Celah Langit (CCL) bersama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di kawasan Setiabudhi. Di sana, dia sempat ditagih soal janjinya mengenai kesetaraan guru honorer. Ketua Forum Komunikasi Guru Honorer (FKGH) Kota Bandung Yanyan Herdiyan yang ‘menyindir‘ Anies. ’’Saya mengingatkan Pak Anies sebagai menteri yang pernah berkata akan menerapkan standar gaji minimum untuk guru honorer. Mohon diperhatikan pak,’’ kata dia Jumat (27/2) malam lalu.
Yanyan juga memaparkan sejumlah permasalahan yang dialami para guru honorer di Kota Bandung. Di antaranya uang tunjangan profesi guru (TPG) yang sering macet, bahkan sudah tujuh bulan belum cair. Menjawab berbagai pertanyaan guru honorer itu, Anies pun menjawab diplomastis. Dia mengakui bahwa banyak persoalan dalam dunia pendidikan yang harus diselesaikan. Namun, dia mengingatkan semuanya tidak bisa dituntaskan dengan instan. ’’Saya mengakui memang banyak masalah, dan itu memang harus diperbaiki,’’ jelas Anies.
Anies juga punya program lain terkait meningkatkan kualitas pendidik. Yakni, melibatkan gerakan sipil bagi para pelaku pendidikan di Indonesia. ’’Pendidikan bisa maju bukan dari kurikulum atau buku, tapi dari guru,’’ ujar dia.
Dia juga mengimbau pada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan. ’’Anak yang putus sekolah itu bukan karena faktor ekonomi, banyak orang yang kekurangan tapi anaknya mampu kuliah di universitas ternama,’’ katanya.
Maksud dari gerakan tersebut, dia ingin mengubah perspektif sifat pendidikan yang sifatnya programatik. ’’Dilakukan dengan pendekatan gerakan, sehingga setiap aktor ikut ambil peran dalam meningkatkan kualitas pendidikan, ’’ tutup Anies. (ant/mg7/bbs/tam)