Termonitor di Enam Kabupaten
PEKANBARU – Musim kering Provinsi Riau identik dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berdampak pada munculnya kabut asap. Itu dibuktikan dengan termonitornya 77 hot spot (titik panas) yang tersebar di separo kabupaten dan kota di Provinsi Riau. Sebanyak 77 hot spot itu terpantau Jumat pagi dan sore (13/2). Berdasar monitoring satelit modis update pagi itu, 65 hot spot tersebar di Bengkalis (43), Meranti (2), Pelalawan (4), Rohil (1), Siak (6), dan Inhil (9). Sementara itu, pada update sore, terpantau 12 titik, yakni di Bengkalis (7), Meranti (1), Siak (3), dan Rohil (1).
Data itu disampaikan Kabid Data BNPN Agus Wibowo melalui rilisnya kepada Riau Pos (Group Bandung Ekspres). Dia menyebutkan, 77 titik tersebut termonitor di enam kabupaten, yakni Bengkalis, Meranti, Pelalawan, Siak, Inhil, dan Rohil.
’’Pada update pagi sekitar pukul 07.00, terpantau 65 titik, sedangkan 12 titik itu update pukul 16.00,’’ kata Agus.
Dia menyebutkan, dampak dari munculnya titik panas tersebut mulai terlihat. Seharian Kota Pekanbaru diselimuti asap. Berdasar pantauan ISPU, kondisi udara itu tidak lagi baik, namun sedang.
Anginnya, tambah Agus, secara umum berembus dari arah barat laut hingga utara dengan kecepatan 05–15 knots (10–30 km/jam), sedangkan temperatur maksimum 33,5 derajat Celsius. ’’Cuaca Riau pada umumnya cerah berawan. Peluang hujan dengan intensitas ringan dan bersifat lokal terjadi pada sore atau malam di wilayah Riau bagian selatan dan barat,’’ jelasnya.
Sementara itu, pencegahan terhadap kebakaran hutan dan lahan di wilayah Siak terus dilakukan dan dimonitor tim satgas yang telah dibentuk, mulai tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten. Pencegahan dan penangangan karhutla itu telah disepakati dalam format 8K yang berisi sembilan rekomendasi 19 rencana aksi.
Ketua Tim Satgas Karhutla Siak Dr H Fauzi Asni MSi menerangkan, kejadian karhutla masih ada, namun telah ditangani tim. ’’Kami terus berupaya melakukan pencegahan,’’ ungkapnya saat menanggapi karhutla yang terjadi di Siak.
Dia menyebut, pada titik tersebut, terus dilakukan pemantauan darat dan udara melalui satelit. Jika ditemukan, tim langsung bergerak ke lokasi tersebut.
Karhutla yang terjadi terus dievaluasi dan dilaporkan. Bahkan, rencana aksi telah dilakukan pemerintah.