Padukan Teknologi dan Seni

Pagelaran Perdana, JMAF Pamerkan 13 Karya

COBLONG – Tulisan CRYPTOBIOSIS terpampang jelas di tempat parkir Salasar Sunaryo. Tercantum nama-nama dengan etnik Jepang di bawah tulisan besar itu. Ada juga, beberapa nama dari etnik Eropa dan Indonesia.

Tayangan musik video dengan teknik stop motion menghipnotis pengunjung untuk pertama kalinya. Terpajang juga potongan kertas dengan gambar yang sama seperti dalam video. Musik Jepang mengiringi alur video itu.

Suasana seperti itu akan ditemukan pada pameran Japan Media Art Festival (JMAF), yang diadakan di Selasar Sunaryo, Bukit Pakar Timur, Dago. Selama tiga minggu, akan diperlihatkan karya-karya artistik yang dibuat oleh seniman peserta JMAF. Baik itu yang berbau sains, teknologi atau alam.

Program Manager Selasar Sunaryo Maharana Mancanegara mengatakan, pameran ini merupakan salah satu program dari Pemerintah Jepang. Sebagai upaya untuk memperkenalkan hasil karya peserta dan JMAF-nya sendiri. Bekerja sama dengan negara-negara di seluruh dunia.

Pesertanya pun tidak hanya diikuti oleh seniman-seniman dari Jepang saja. Terbukti pada pameran yang ditampilkan terdapat tiga hasil karya orang Eropa. ’’Satu dari Prancis, dua dari Inggris,’’ kata perempuan yang biasa dipanggil Rani itu.

Jenis karya yang dipamerkan berupa tema-tema yang berbeda. Menurut Rani, ada empat tema yang dibuat oleh mereka. Yakni, entertaint, animasi, manga dan seni murni.

Namun, yang menarik dari pameran tersebut karya yang dibuat berupa campuran teknologi dan seni. Karena, para pembuatnya pun tidak semuanya berlatar belakang seniman murni. ’’Jadi kita belajar pengetahuan juga kepada mereka,’’ ujar Rani.

Pameran yang dilaksanakan selama tiga minggu itu, menyisakan kesan yang patut dipelajari oleh penyelenggara pameran. Menuru Rina, kurator pameran selalu menginginkan ketelitian dalam desain tata letak. Mereka pun sudah mempersiapkan konsep display-nya secara detail.

Menurut Rani, hal itu tidak dijadikan beban oleh pihaknya sebagai penyelenggara. Tetapi dijadikan sebagai momen untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. ’’Kita seperti barter pengalaman juga,’’ ungkapnya.

Karya-karya yang dipamerkan tidak hanya dibuat dari hasil JMAF saja. Tetapi, ada dua hasil karya undangan yang dibuat oleh seniman Indonesia. Yakni, Listening to The Silence oleh Bagus Pandega dan Iurmita fariea oleh Syaiful Aulia Garibaldi.

Terdapat 13 karya yang didisplay pada pameran JMAF itu. Menurut Rani, pelaksanaan pameran ini merupakan kali pertama di Indonesia. Sejak perhelatan JMAF dilaksanakan yang ke-18 kalinya.

Penyelenggaraan pameran masih tersisa 15 hari lagi. Bahkan, pada akhir penyelenggaraan, tepatnya 15 Februari mendatang akan ada Program Screening Award. Termasuk penampilan robot menggambar yang dijadikan sebagai salah satu karya yang dipamerkan, berjudul Between Sense and Senseless.

Menurut Rani, pameran ini dapat dijadikan sebagai media untuk mempelajari karya kreatif seniman luar negeri. Selain, Kota Bandung yang terkenal dengan anak mudanya yang kreatif juga. ’’Kita jadikan sebagai sarana barter ilmu dan budaya,’’ tandasnya. (mg2/far)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *