CIMAHI – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga memuji perkembangan usaha batik di Cimahi. Dia mengatakan, dengan omzet yang bisa mencapai Rp 50 juta per bulan, perusahaan batik di Cimahi dikatakan siap menghadapi MEA.
”Kalau Rp 40 juta saja dalam sebulan, dikali 12 bulan, totalnya sudah Rp 480 juta omsetnya,” katanya saat meninjau lokasi pembuatan batik di Puri Batik Sekar Putri di Jalan Permana, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.
Anak Agung mengatakan, keunggulan lain yang dimiliki perusahaan batik tersebut adalah ciri khas dalam batik printing. Apalagi, keberadaan batik printing bisa menjadi salah satu upaya agar batik produksi luar negeri tidak masuk ke Indonesia dalam MEA nanti.
Dirinya mengaku hal tersebut adalah salah satu upaya melindungi pebatik nasional supaya lebih bergairah dalam memproduksi batik. ”Kami masih berfikir, bisa tidak tekstil bermotif batik (dari luar negeri) kami larang masuk, Karena batik ini warisan budaya,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, dirinya meninjau pengolahan hasil limbah produksi. Dia mengatakan bahwa pengolahan limbah itu harus dipikirkan supaya tidak merusak lingkungan. ”Saya lihat limbah di sini sudah tidak ada masalah dan diolah dengan baik,” katanya.
Di waktu yang sama, Kepala Dinas Koperasi, Perdagangan, Perindustrian dan Pertanian (Diskopindagtan) Kota Cimahi Huzen Rachmadi mendukung upaya pemerintah pusat dalam mempersiapkan MEA. Kedatangan menteri, dia katakan sebagai bentuk nyata pemerintah dalam memproteksi produk-produk nasional dari serbuan produk luar negeri.
Huzen menjelaskan kedatangan menteri ke ke Puri Batik Sekar Putri, selain untuk mengembangkan produ batik, juga karena produksinya sudah menembus pasar luar negeri. Sehingga perusahaan tersebut menjadi percontohan.
”Sekar Putri menjadi salah satu perusahaan batik di Cimahi yang larinya lebih ke sentra, dengan menyuguhkan produk, pelatihan serta proses langsung pembuatannya,” ujarnya saat menemani menteri koperasi.
Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Sementara untuk Cimahi, Huzein menjelaskan, Cimahi punya desain standar yakni, bambu, singkong, kujang dan air.