Tiga Bulan Tak Cukup untuk Perbaikan
SUMUR BANDUNG – Pengerjaan perbaikan trotoar sepanjang Jalan Asia-Afrika dengan menggunakan granit baru akan terealisasi hingga Konferensi Asia Afrika (KAA) selesai. Hal itu untuk mengantisipasi pengerjaan tidak selesai tepat pada waktunya hingga KAA berlangsung pada April mendatang.
’’Bulan April kan ada peringatan KAA, kayaknya nggak elok kalau proses kontruksi berjalan pas ada perayaan internasional seperti itu,’’ ujar Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung Didi Ruswandi di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, belum lama ini.
Menurutnya dari sisi desain, proyek tata ulang trotoar sepanjang jalan Simpang Lima sampai Alun-alun tersebut telah selesai dan siap untuk dilelangkan. Namun, karena adanya penyelenggaraan event tahunan tersebut, kemungkinan jarak waktu pengerjaan dari penentuan pemenang lelang akan cukup lama.
’’Kita akan kordinasi apa itu dikerjakan setelah KAA. Tapi lelangnya lebih awal nah kontraksnya tetep perayaan April ke sana. Logikanya waktu setelah KAA karena waktu 2-3 bulan itu tidak cukup,’’ kata Didi.
Selain itu, berkaca dari konsep granitisasi di Jalan Braga dan Riau yang belum tuntas, konsep di Jalan Asia Afrika akan menggunakan motif yang lebih simple. Selain agar pengerjaannya lebih cepat dan tepat waktu, jenis landasan granit yang dipilih untuk trotoar tersebut juga lebih kuat.
Didi mengungkapkan, untuk mengantisipasi adanya kontraktor tidak kredibel proses lelang nanti juga akan diperketat. Setiap perusahaan kontraktor yang mendaftar di proses lelang harus memenuhi semua persyaratan. Ini agar proyek yang rencananya akan menelan Rp 23 miliar itu tidak mengalami hal serupa seperti Jalan Riau dan Jalan Braga.
’’Mekanismenya sebenernya sudah begitu, administrasi lelang yang diperiksa seperti itu aja. Ketika mereka terpenuhi syaratnya ya itu menjadi pemenang. Jadi memang kita butuh kredibilitas kontraktor,’’ kata Didi.
Soal lain, proyek gorong-gorong Kota Bandung akan dilelang kembali pertengahan Februari mendatang. Hal ini masih berkaitan dengan restorasi sungai Cikapayang yang saat ini pengerjaan kontraktualnya sudah 97 persen. ’’Pertengahan Februari dilelang kembali,’’ ujar Didi.
Dia mengatakan, untuk target berikutnya akan didasarkan pada kontrak awal lagi (baru). Namun, pengerjaan sisa-sisa sebelumnya dijadikan acuan pula.
’’Kalau kemarin tuh putus kontrak. Kalau tidak salah, Riau satu di 94 persen, Riau dua di 75 persen, dan Braga di 50 persen. Cuma kan sekali lagi, tadi kita berharap bisa diselesaikan dengan denda keterlambatan,’’ tambahnya.
Didi menjelaskan, untuk mekanisme lelang harus sesuai administrasi lelang. Kemudian, kewajaran harga yang ditawarkan dan kredibel. DBMP butuh kredibilitas kontraktor. Poin pentingnya, kata dia, harus membangun integritas bersama di semua aspek.
’’Intinya mah sekarang kan kontraktor ada sertifikasi dari LPJK. Jadi ketika mendapatkan sertifikat itu kita harus percaya itu qualified. Tapi permasalahan di lapangan itu hal yang berbeda,’’ ujar dia.
Penambahan batu di dasar sungai, kemudian penyelesaian andesit plus tempat duduk, termasuk poin pengerjaan yang dikejar DBMP. Adapun pengerjaan gorong-gorong dan pembuatan andesit untuk pedestriannya akan segera dibangun. Kemudian, dilanjutkan dengan penyediaan pompa dan water treatment untuk pengolahan air bersih. ’’Nah, nanti airnya ke situ kita harapkan jernih, yang lewat di permukaan sungai Cikapayang,’’ jelas dia. (fie/tam)