Tertangkap Virus

Taylor sudah aman bersembunyi di Lebanon. Tidak jauh dari Carlos Ghosn yang ia selamatkan –yang kini juga tinggal di Lebanon. Bahkan, bagi Taylor Lebanon adalah negeri yang ia perjuangan sendiri dengan nyawanya. Ia pernah menjadi pelatih tentara Kristen di sana bertahun-tahun saat terjadi perang sipil di Lebanon.

Mungkin ia mengira perhatian semua orang Amerika lagi ke soal Covid-19. Yang di Amerika parahnya memang bukan main. Termasuk di Boston, Massachusetts –kampung halamannya.

Ia pulang ke situ, ke Harvard, Boston.

Ditangkap.

Alasannya: Taylor sebenarnya sedang menjalani hukuman percobaan. Kaitannya dengan kewajiban pajaknya. Hukuman percobaan adalah hukuman penjara yang tidak perlu masuk penjara –asal tidak berbuat kriminal lagi.

Begitu ia melakukan perbuatan kriminal langsung saja tinggal menangkapnya –untuk dimasukkan penjara. Tidak bisa ditunda dengan uang jaminan.

Anaknya, Peter, sebenarnya juga sudah nyaman berbisnis di Dubai. Tapi negeri itu juga lagi diserang wabah luar biasa –dibanding sedikitnya jumlah penduduknya. Negeri itu berpenduduk hanya 10 juta orang. Yang terkena Covid-1.926.000 orang.

Sang anak pulang juga ke Boston.

Langsung ditangkap.

Ayah-anak Taylor-lah yang mengatur semua pelarian Carlos Ghosn yang tidak ada duanya itu. Taylor-lah yang mempunyai ide pelarian menggunakan kotak alat musik itu.

Taylor dan anak buahnya yang orang Lebanon, datang ke Osaka mengaku sebagai pemusik. Buktinya ia membawa kotak besar alat musik.

Kotak itu dibawa ke salah satu hotel di Osaka. Sang anak tinggal di hotel itu. Sudah beberapa hari. Ke hotel itu pulalah Ghosn naik kereta cepat dari tempat tahanan rumahnya di Tokyo.

Di hotel itu ia masuk ke dalam kotak. Lalu mereka ke bandara. Ke terminal pesawat carter. Kotaknya kebesaran untuk dilewatkan mesin scanner. Toh isinya hanya ”alat music”. Dan lagi ini bandara pesawat carter. Tidak mungkin kotak itu berisi bahan peledak.

Padahal isinya bisa untuk membeli ribuan ton bahan peledak: milyader Carlos Ghosn.

Kini Jepang melayangkan permintaan: agar bapak-anak itu diekstradisi. Akan diadili di Jepang. Kedua negara memang punya perjanjian ekstradisi. Artinya Amerika mengakui sistem hukum dan praktik penegakan hukum di Jepang. Di Jepang hukum bisa dipercaya keadilannya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan