Angka Golput Diprediksi Naik Drastis

KARAWANG – Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadli Rama­dhanil menduga tingkat partisipasi pemilih di pilkada serentak tahun ini akan menurun, alias angka golput meningkat.

“Tidak hanya golput yang akan semakin bertam­bah, angka orang terinfeksi juga akan bertambah,” ujar Fadli.

Perludem mendukung desakan agar pilada seren­tak tahun ini ditunda. “Apalagi dalam berbagai jajak pendapat dan pernyataan organisasi masyarakat sipil, pilkada bukan prioritas pe­milih saat ini,” katanya.

Sementara terpisah, Di­rektur Pusat Studi Konsti­tusi (Pusako) Universitas Andalas, Feri Amsari men­duga pemerintah tidak akan sanggup mengawasi hajatan lima tahunan itu. Pasalnya, tidak ada yang bisa menja­min masyarakat untuk tidak berkerumun saat pilkada serentak nanti.

“Pertanyaan besarnya sia­pa yang betul-betul punya kekuatan hukum melaku­kan pengawasan agar kuali­tas penyelenggaraan pemilu terjaga dengan baik?” ka­tanya.

Oleh sebab itu, menu­rutnya, penundaan pil ka­da memang menjadi so­lusi pada masa pandemi ini. Jangan sampai hajatan ini malah memunculkan klaster baru penyebaran virus korona.

“Untuk menghentikan proses ini, sebelum kemu­dian kita terjerumus ke dalam kondisi yang lebih fokus menghadapi berjatu­hannya peserta pemilu dan penyelenggara,” ungkapnya. Menurut Feri keselama­tan rakyat Indonesia lebih penting ketimbang haja­tan pemilu. Dia berharap pemerintah, DPR dan pe­nyelenggara pemilu bisa mengubah keputusannya, menunda pilkada serentak 2020.

“Oleh karena itu mudah-mudahan ini betul-betul didengarkan oleh pemerin­tah, DPR, dan penyelengga­ra. Tidak ada kata yang lain selain mempertimbangkan kesehatan manusia dan nyawa manusia,” tuturnya.

Diketahui, kasus positif Covid-19 di Jakarta sudah tembus lebih dari 200 ribu. Angka ini diprediksi akan terus naik hingga akhir ta­hun atau 3 bulan ke depan.

Dalam 3 bulan, jumlahnya diprediksi bisa bertambah sekitar 300 ribu kasus. Hal itu disampaikan oleh Epide­miolog Universitas Indone­sia dr. Syahrizal Syarif.

“Yang mengkhawatirkan saya kasus kita itu sekarang 200 ribu. Dan 3 bulan lagi Desember kasus kita 500 ribu,” sebut dr Syahrizal Syarif. (bbs/mhs)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan