Pos Indonesia Dukung KPK lewat Lomba Menulis

bandungekspres.co.id – Dukungan terhadap pemberantasan korupsi ditunjukan oleh PT Pos Indonesia (Persero) dengan menyelenggarakan lomba Menulis Surat Bertema Generasiku Melawan Korupsi tingkat Sekolah Menengah seluruh Indonesia. Lomba yang dimulai sejak 11 Desember 2015 hingga 11 Februari 2016 berhasil menarik minat 4.550 siswa. Dengan demikian, terkumpul pucuk surat sejumlah peserta itu.

Dalam lomba ini, Pos Indonesia mempercayakan penjurian kepada tiga penulis novel popular Indonesia, yakni Habiburahman El Sirazi, Darwis tere Liye dan Gina S Noer. Dewan juri menetapkan 30 finalis pada 1 Maret 2016. Ke-30 finalis kemudian mengikuti pelatihan menulis dari ketiga dewan juri dan dilombakan kembali sebagai tahap akhir.

Dari 30 finalis, dewan juri menetapkan enam pemenang yang terbagi dalam juara 1, 2 dan 3 serta juara harapan 1, 2 dan 3 yang dimumumkan di Graha Pos, Jalan Banda kemarin (11/3).

Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi W Setijono mengatakan, lomba penulisan ini merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) terkait bidang pendidikan dan peningkatan kualitas dan kapasitas pelajar. ”Kami ajak siswa sekolah tingkat SMP dan SMA untuk menuliskan ide tentang pemberantasan korupsi melalui lomba ini,” kata Gilarsi kemarin.

Sementara itu, Direktur SDM dan Umum Pos Indonesia Febryanto mengatakan, pihaknya sangat bangga atas apresiasi peserta yang mampu berimajinasi dalam memberantas korupsi. Menurut dia, ide melawan korupsi tersampaikan dalam tulisan para peserta.

”Isi suratnya banyak yang menginspirasi agar kita melawan korupsi. Pos memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi para pelajar dalam membangun kompetensi bidang tulis menulis,” ujar dia.

Saat ini, di tengah isu pelemahan KPK, Pos ingin menjadi institusi yang terdepan mendukung KPK agar menjalankan tugas-tuganya. ”Kami, para pejabat Pos sangat tertib administrasi. Setiap pejabat wajib membuat LKHPN (Laporan Kekayaan Harta Pejabat Negara) secara periodic,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Habiburahman mengaku bingung menetapkan pemenangnya. Dia bersama dewan juri harus berpikir keras karena karya peserta rata-rata berbobot.

”Selisih pemenang dari juara pertama hingga harapan enam sangat tipis. Sehingga kami dewan juri harus bolak-balik membaca ulang dan membandingkan tulisan peserta agar benar-benar yakin juara pertama ini yang paling bagus,” ujar Habiburahman. (fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan