Malu, Bule Nembang Ronggeng Gunung

Filosofi Padi Seni Pertunjukan Teater Tunggal Rahman Saleh

Aksi teaterikal Tubuhku Ingin Menjelma Padi Yang Merunduk oleh Rahman Saleh membuat decak kagum. Bukan karena kritik atas banyaknya petani yang punah karena ”pensiun dini”. Tapi dia mengajak manusia tetap menganut ilmu padi: semakin tua, berisi, merunduk.

Erus Rustandi, Ciwidey

teaterikal umum ditemui bernada kritik. Lebih banyak dipakai sebagai bahasa pelawanan kaum tertindas saat melepaskan kekesalan atas ketidakadilan. Tapi tidak demikian, kemarin.

Sore itu, ratusan pasang mata tertuju kepada langkah gontai Rachman Saleh. Pria tua berjanggut tebal itu berjalan di atas sepetak sawah dengan tatapan hampa. Wajah dan bajunya berlumuran lumpur, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Seakan tak menghiraukan tatatapan ratusan mata yang mencoba mengerti apa yang diperbuatnya, Rachman mengambil dua ikat padi. Padi itu, dia genggam di atas kepalanya. Sehingga menyerupai telinga kelinci bercampur lumur.

Dia berjalan seperti orang yang resah. Kakinya mengais-ngais seperti sebuah bajak hendak menggemburkan tanah. Seketika, Rachman diam terpaku. Sejurus kemudian, badannya tersungkur pasrah dan terbenam di dalam lumpur.

Ratusan pasang yang sedari tadi memandanginya, semakin penasaran dengan apa yang diperbuat Rachman. Gelak tawa terdengar, bagi pemilik sepasang mata yang geli dengan tingkah Rachman. Tingkah Rachman semakin menjadi, dia jatuhkan tubuhnya berkali-kali.

Sampai akhirnya, Rachman mengangkat tangannya. Bak pertapa, dia tengadahkan tangannya ke arah langit. Sebagian badannya, terbenam ke dalam lumpur. Dia lebih mirip padi sekarang.

”Filosofinya, kita belajar dari orang tua dulu yang mengatakan bahwa semakin kita berilmu, semakin tua, kita harus semakin merunduk dan berendah hati,” kata Rachman, sang pelakon, seusai pertunjukkannya.

”Manusia itu biasa menerima, dan padi itu memberi kodratnya. Berbeda sekali, oleh karena itu saya mencoba untuk mendalami lagi, bahwa sejatinya manusia diwajibkan berendah hati,” sambungnya.

Ada adegan yang menarik perhatian, dalam teater multimedia itu ditampilkan sesosok wanita kulit putih dalam sebuah layar LCD. Perempuan itu mengenakan pakaian kebaya dengan rambut sebahu. Sayup terdengar, wanita tersebut menembangkan lagu yang biasa ditampilkan dalam kesenian Ronggeng Gunung.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan