Rp 6 Miliar untuk Korban Banjir

BANDUNG – Untuk membantu para korban bencana alam Pemerintah Provinsi daerah (Pemdaprov) Jawa Barat (Jabar) mengalokasikan anggaran Rp 6 Miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Gubernur Jawa Barat mengatakan, bantuan tersebut nantinya akan diberikan untuk pemulihan pasca bencana khususnya kepada para korban banjir dibeberapa wilayah di Jabar.

Selain itu, Emil-Sapaan akrab-Ridwan Kamil telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor di enam daerah. Di antaranya Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Karawang dan Indramayu.

“Adanya bencana alam yang terjadi di Jawa Barat tidak bisa dielakan dan ini merupakan bagian dari musibah. Hal ini tidak terlepas dari cuaca ekst­rem dengan curah hujan sang­at tinggi,’’kata Emil kepada wartawan ketika ditemui di Gedung Sate, Jumat (3/1).

Dia mengatakan berdasarkan dari Badan Nasional Penang­gulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi, Kli­matologi dan Geofisika (BMKG) di Jabar sudah 12 tahun ini paling tinggi.

“Disebut hujan yang besar itu kan sekitat 100 mm, ini di halim itu 377 mm. Jadi memang pertahanan sistem yang nor­mal ini mengalami banyak kendala,” kata dia.

Emil mengimbau kepada semua pihak untuk tidak saling menyalahkan. Sebab, semua harus fokus pada situasi tang­gap darurat. Terlebih banjir tidak hanya melanda Jabar saja, melainkan DKI dan Ban­ten mengalami hal serupa.

“Jadi dengan status tanggap darurat maka kita akan mem­berikan bantuan mungkin sekitar Rp 5 atau Rp 6 miliar kepada daerah-daerah terse­but untuk recovery dan per­tolongan tanggap darurat,” sebut Emil.

Sementar itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Jawa Barat, Didi Adji Siddik mengatakan peristiwa kebencanaan yang terjadi di Jabar setiap tahun­nya mengalami kenaikan. Bahkan, pada 2019 lalu men­galami kenaikan dua kali lipat.

Dia menyebutkan, pada 2015 tercatat ada 532 bencana 2016 ada 1133 bencana, 2017 sam­pai 2018 ada 1784 bencana dan 2019 ada melonjak men­jadi 2084 bencana.

Didi menuturkan, data ter­sebut diperoleh dari pusat data informasi yang melaku­kan pemantauan dan penca­tatan realtime selama 34 jam.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan