Warung Kopi Difabel Hadir di Bandung Barat

NGAMPRAH– Bagi Uwes Kurni,31, dan Wildan Wi­guna,25, keterbatasan fisik tak menjadi halangan untuk bisa hidup secara mandiri tanpa bergantung kepada orang lain. Meski sempat dipandang sebelah mata oleh orang lain, tak mengendurkan semangat keduanya untuk membuktikan diri.

Banyaknya dukungan dari orang terdekat, keduanya semakin termotivasi untuk bisa membuka usaha sen­diri agar bisa memenuhi kebutuhan finansial. Itu di­buktikan dengan mendirikan “Warung Kopi Difabel” di Kampung Cibungbulang, Desa Cisomang Barat, Keca­matan Cikalongwetan, Ka­bupaten Bandung Barat.

Saat sejumlah wartawan mengunjungi warung kopinya, secangkir kopi hitam ditam­bah gula dihidangkan Wildan di atas meja kayu. Menu yang disajikan di sana memang belum banyak, pasalnya warung dengan nuansa Per­sib Bandung itu baru dibuka pada pertengahan Maret 2019 lalu.

Wildan terlihat terampil dan sudah terbiasa menuangkan kopi ke dalam cangkir. Badan­nya yang mengalami kifosis atau kelainan tulang belakang, tak menghalanginya untuk meracik kopi secara cepat.

Cerita dibangunnya warung kopi ini terbilang dramatis, karena keduanya harus jatuh bangun menemui berbagai rintangan hidup yang bertu­bi-tubi.

Uwes awalnya bekerja se­bagai pekerja bangunan, namun pada 2011 kakinya tertimpa mesin crane yang membuatnya harus kehi­langan kedua kakinya, tepat pada ulang tahunnya yang ke-25.

”Setelah operasi amputasi, saya mendengar kabar kalau ayah saya juga meninggal di hari yang sama. Saat itu saya sangat terpukul dan sempat kehilangan semangat hidup,” kata Uwes saat ditemui di warung kopinya, Rabu (10/4).

Bahkan, Uwes sempat men­gurung dirinya selama seta­hun dari kehidupan sosial. Namun, ia tak mau larut dalam kesedihan dan mulai beranjak dari situasi saat itu. Hingga satu ketika ada momen yang membuatnya bangkit.

”Saya ketemu dengan kang Dadi Rosida (Ketua PPDI Bandung Barat) dan Anton (penyandang disabilitas). Saya diajak main ke Bandung, saya bingung tak bisa turun dari motor,” ujarnya.

Kemudian ada tukang par­kir yang datang untuk mem­bantu Uwes, namun ditolak oleh Anton.

”Jangan dibantu, dia (Uwes) bukan orang sakit,” kata Uwes menirukan ucapan Anton.

Tinggalkan Balasan