BANDUNG – Teka-teki penangkapan pemuda terduga teroris di Cirebon berinisiap SAP, 20, akhirnya terungkap. Warga blok Serang RT 2 RW 3 Desa Kerandon Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon tersebut diduga kuat mempunyai keterkaitan dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Hal itu diungkapkan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto usai menghadiri acara halalbihalal dan istigosah di Sport Jabar, Arcamanik, Bandung, kemarin (24/6). ”Itu (penangkapan SAP) satu aliran dengan JAD,” kata dia.
Sebelum melakukan penangkapan dan memproses terduga teroris, pihaknya sudah melakukan penyelidikan dari sejumlah data pendukung, baik melalui dokumen-dokumen atau keterangan pihak terkait. Dalam pembuktian bahwa terduga melakukan penyerangan-penyerangan. ”Maka kita lakukan preventif dulu sebelum terjadi,” ungkapnya.
Sebelumnya di daerah Pamanukan, Kabupaten Subang pun terjadi penangkapan seorang terduga teroris. Namun karena melawan petugas, yang bersangkutan akhirnya tewas terkapar akibat diterjang timah panas. Terduga pun, imbuhnya merupakan satu jaringan JAD di Haurgeulis.
”Yang Subang itu jaringan JAD dari Haurgeulis, satu aliran,” ujarnya.
Selain penangkapan terduga teroris di Cirebon, pihaknya juga tengah memproses terduga teroris di wilayah Cianjur Jawa Barat. Diduga penangkapan tersebut berkaitan dengan jaringan JAD Haurgeulis, indramayu. ”Barusan, tadi (kemarin, Red) di Cianjur dua lagi, sama juga dari Jaringan JAD Haurgeulis,” pungkasnya.
Sebagai informasi, SAP ditangkap oleh tim Densus 88 Polda Jabar, pada Sabtu (25/6) lalu. Dia merupakan pemuda belia yang baru dua tahun lulus sekolah negeri di Kota Cirebon. Bahkan, dia diketahui sempat berkuliah di Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), akan tetapi tidak selesai karena Drop Out (DO).
Kepala Desa Kerandon, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Warnawan mengungkapkan, SAP merupakan anak semata wayang dari pasangan Sarika dan Mimil yang bekerja sebagai penjual Angkringan di Jalan Cipto Mangunkusumo, Kota Cirebon.
Warnawan mengaku, penggeledahan di rumah orang tua SAP membuat kaget masyarakat, karena kejadian desanya didatangi puluhan polisi dengan senjata lengkap pertama kali terjadi.
”Kejadiannya pas mau Maghrib sore kemarin. Saya pun sedang berada di luar rumah waktu itu. Pas saya dateng, ada keramaian tapi sudah selesai. Memang kabarnya SAP ditangkap polisi karena terlibat teroris,” ujarnya kepada awak media di kediamannya, kemarin (24/6).
Sebelum penggeledahan di rumah orang tua SAP, Warnawan sempat ditelepon pihak Kepolisian Resor Cirebon menyampaikan terkait penggeledahan tersebut. Dari hasil pencarian penggeledahan rumah yang ditinggali SAP, tim Densus 88 anti-teror Polda Jabar membawa sejumlah buku dan kitab.
Warnawan membenarkan jika SAP merupakan penduduk asli warganya. Secara pergaulan dan kesehariannya, SAP memang agak tertutup akhir-akhir ini, akan tetapi tidak terlihat tanda-tanda bila terlibat jaringan terorisme.
”Ya benar, SAP penduduk asli sini. Secara pergaulan dan pertemanannya baik, tidak menyangka kalau terlibat itu (teroris). Saya belum tahu persis kepribadiannya seperti apa. Tapi, waktu kecil sering main futsal bareng ke sini, sama anak-anak. Bahkan sering main sepeda bareng dengan teman sebayanya,” ujarnya.
Keterangan lain dari para tetangga, Sanita, 63, mengatakan, penggeledahan rumah kediaman SAP dilakukan petugas kepolisian berpakaian lengkap dan memeriksa orangtua SAP, Sarika, 53. Saat ini, kedua orangtua SAP masih terkejut dan syok saat mengetahui anak semata wayangnya diduga terlibat kasus terorisme.
”Kejadiannya pas mau Maghrib. Warga di sini kaget dan syok ada banyak polisi datangi rumah orangtua SAP. Kalau polisi membawa apa dari rumah, saya kurang tahu,” ungkapnya saat didatangi awak media di lokasi.
Dikatakanya, SAP merupakan pemuda yang penurut dan baik kepada para tetangganya. Sehingga tidak ada tanda-tanda terlibat jaringan terorisme. Namun demikian, dalam pergaulan sehari-hari, SAP tidak berbaur dengan teman sebayanya. ”Kalau sehabis kerja, dia pulang ke rumah saja. Dia (SAP) nggak berbaur sama teman seusianya,” ungkapnya. (wiw/ona/jpc/ign)