Jadi Terdakwa, Forgottern Tetap Tegar

BANDUNG – Dua bulan lalu, Forgotten pamer album keenam pada para penggemarnya di Kantin Nations The Panas Dalam Jalan Ambon, Bandung. Kini di tempat sama, semalam (19/1) kelompok musik death metal Kota Bandung ini malah jadi terdakwa.

Tentu saja, ratusan penggemarnya datang dan memadati kafe tersebut karena ingin menyaksikan ketegaran para personel kesayangannya menghadapi serangan duo jaksa penuntut umum, Budi Dalton dan Pidi Baiq pada gelaran Pengadilan Musik yang diapungkan DCDC gawé bareng dengan Atap Promotions.

Persidangan yang didalangi hakim ketua, Man Jasad itu tidak jarang terjadi perdebatan seru antara duo jaksa penuntut umum versus duet pembela, Gebeg Drum dan Yoga PHB. Tentu saja itu menjadi tontonan menarik, karena masing-masing kubu berargumen yang tidak jarang nyerempet-nyerempet kocak dan kadang ’jorang’ sehingga kerap mengundang gerrr hadirin.

Kemeriahan perdebatan juga acap dipicu Edi Brokoli yang terlibat sebagai panitera. Dengan kenyataan itu, betapa tidak hakim ketua hanya jadi penonton dan ’udud’ di kursinya. Namun pada gilirannya, hakim ketua yang telah cukup banyak mendengar dakwaan atau tuntutan duo jaksa penuntut umum terhadap karya teranyar (album) para personel Forgotten termasuk bantahan dan pembelaan duet pembelanya, memutuskan album teranyar Forgotten yang berkojokan lagu “Kaliyuga” layak edar.

Lagu itu akhirnya disuguhkan pada para penggemarnya yang dari jreng sampai gedubrak setia menjadi saksi kelangsungan persidangan album keenam Forgotten di Pengadilan Musik episode ke 19.

Frontal, sarkastik, brutal, dan sompral rasanya cukup untuk menggambarkan seperti apa Forgotten dalam musik dan liriknya. Sejak awal kali muncul, mereka langsung dikenal sebagai band yang berani menyuarakan hal-hal yang tidak familiar untuk diaminkan banyak orang, juga mampu menyulut kontroversi di banyak kalangan. Tema seputar politik, sosial, ekonomi, hingga yang berkolerasi dengan prinsip pribadi menjadi fokus yang mereka angkat.

Apa yang Forgotten bahas berangkat dari apa yang dialami langsung oleh sang vokalis. Addy Gembel. Dia menerjunkan dirinya hingga dalam lingkaran terkecil untuk dapat melihat seperti apa kenyataan yang sedang dihadapi, bagaimana rasanya, dan seberapa geram masyarakat yang dirugikan atas nama kepentingan penguasa. Semua hal yang dia tangkap kemudian diolah dalam lirik-lirik panas yang siap dilontarkan untuk para pemangku kepentingan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan