Industri Persenjataan Terletak di Tempat Terpencil

Banyak pengalaman didapat Mayor Teknik Heri Heryadi saat merakit pesawat Sukhoi bersama teknisi dari Rusia. Dia juga mengetahui bagaimana Rusia memproduksi senjata.

YAYAN AGUSTIANTO, Bandung

TAK terasa perbicangan mengenai pengalaman bekerja sama sudah sejam lebih, namun Mayor teknik Heri Heryadi masih terlihat semangat bercerita mengenai pengalamannya bersama orang-orang Rusia rakit Sukhoi.

Dari perkenalannya bersama para teknisi Rusia itu, dia bukan saja mendapat ilmu berharga mengenai seluk beluk pesawat Sukhoi. Namun, beberapa cerita mengenai perkembangan Alutsista (alat utama system persenjataan, Red) Rusia diperoleh dalam obrolan ringan ketika mereka santai.

Dari obrolan obrolan itu, Heri mendapatkan berbagai informasi seputar alutsista kedirgantaraan sampai perang dunia didapatkan oleh mereka yang sangat terbuka dengan berbagai kabar berita.

Menurut mereka, semenjak pasca perang dingin dan bubarnya negara Uni Soviet, Rusia sekarang lebih terbuka, bahkan beberapa industri Alutsista tidak lagi tersentralisasi oleh negara.

Di era sekarang, industri persenjataan banyak didirikan di beberapa daerah yang justru terletak di tempat terpencil. Hal ini dimaksudkan sebagai aspek taktis strategis buat mereka.

Sejak zamannya Uni Soviet dulu, pabrik engine pesawat Sukhoi sebetulnya terletak di Ukrania. Sehingga, ketika Ukrania lebih memilih menjadi negara sendiri Rusia sangat kehilangan aset vital strategis pertahanannya.

”Ukrania merupakan central dari industri Dirgantara Rusia yang mengeluarkan pesawat-pesawat cangih yang ditakuti Negara Barat,” ucap dia.

Selain itu, Kazakhstan merupakan pusat pembuatan radar dan industri roket. Bahkan, sampai sekarang di sana masih dijadikan tempat peluncuran pesawat luar angkasa Rusia.

Pembicaraan bersama orang-orang Rusia ternyata tidak sebatas dengan masalah Dirgantara saja. Mereka ternyata tahu mengenai sejarah dan perkembangan Dirgantara negaranya.

Menurut mereka, teknologi pesawat tempur Rusia sejak perang dunia ke dua sampai era perang dingin membuat blok barat sempat ketar-ketir karena Rusia sangat betul-betul menguasai teknologi Dirgantara dengan pesat.

Berbagai catatan sejarah pesawat tempur Rusia sangat unggul dan mengusai pasar dunia kala itu. Ketika zamannya Presiden Soekarno, bahkan pesawat tempur pembom Rusia seperti Tupolev Tu-2, Tu-16 dan Ilyushin Il-28 pernah di hibahkan ke Indonesia.

Tinggalkan Balasan