70 Anak Timor Masuk Islam

jabarekspres.com, BANDUNG – Sebanyak 70 orang terdiri dari 19 anak perempuan dan 51 laki-laki asal perbatasan Indonesia-Timor Leste menyatakan masuk agama Islam. Pembacaan dua kalimat syahadat dilakukan pengasuh Pondok Pesantren Al-Istiqomah KH Asep Ismail dan disaksiskan aparat setempat di Masjid Pesantren Al Istiqomah, Cijerah.

Seketaris Yayasan Lemorai (Merantau) Arif Marzuki 53, menuturkan mereka yang menyatakan masuk agama Islam adalah anak-anak dari pengungsi korban perang saudara tahun 1999. Mereka didatangkan dari Timor ke Bandung gar mendapatkan pendidikan yang tinggi.

”Mereka datang atas persetujuan orangtuanya. Anak-anak ini kebanyakan korban pengungsian tahun 1999 dan tinggal di perbatasan dengan tidak sekolah,” ujar Arif, di sela-sela pelaksanaan pembacaan syahadat di Masjid Pondok Pesantren Al-Istiqomah, Jalan Cijerah Bandung Kulon Kota Bandung, kemarin (9/8).

Menurut Arif, keberadaan anak perbatasan Timor Leste tersebut setelah dirinya bersama teman-temannya yang tergabung di yayasan Lemorai ingin menolong saudara-saudaranya di Timor agar mempunyai kehidupan yang layak.

”Kami ingin memberikan peluang kepada mereka untuk belajar, baik ilmu umum ataupun agama. Saya harap jika mereka kembali ke daerahnya akan menjadi manfaat bagi daerahnya,” katanya.

Dia menjelaskan, berawal dari keinginan tersebut akhirnya, dirinya bersama Hasan Basri (Ketua Yayasan) yang juga mualaf dan sama-sama dari Timor dan pernah mengenyam pendidikan di Ponpes Al-Istiqomah akhirnya pada 1999 mendirikan yayasan pendidikan Lemorai. ”Pada tahun 2000 kami pindah ke Tanjungsari Sumedang dan mempunyai anak asuh 148 orang,” jelasnya.

Untuk pembiayaan lanjutnya, pihak yayasan tidak meminta bantuan pemerintah, tetapi pihaknya banyak menerima bantuan dari donatur dan hasil urunan dari sesama muslim Timor yang sudah lama merantau di Jawa Barat khususnya yang berada di Bandung Raya.

”Mereka akan diberi kesempatan sekolah setinggi-tingginya. Umat Islam itu sebenarnya duitnya banyak. Dan siapa tahu banyak pula hamba Alloh yang menitipkan rejekinya untuk pendidikan mereka,” tuturnya.

Sementara pengasuh Ponpes Al-Istiqomah KH Asep Mulyana Ismail mengatakan, hal ini merupakan sebuah pengalaman berharga bagi dirinya. Dalam sehari bisa membimbing syahadat sebanyak 70 orang.

”Saya terharu ketika mereka berada di hadapan saya, mengucapkan dua kalimat syahadat, hingga menyalami saya sudah dalam keadaan Islam. Kita semua harus membimbing mereka agar lebih baik lagi, agar mereka merasa memiliki saudara,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan