Desakan KLB Sangat Kuat, Pemain Pilih tak Ikut Campur

 

bandungekspres.co.id, JAKARTA – H. Babay Karnawi, General Manager Perserang mengatakan, desakan agar segera digelar Kongres Luar Biasa (KLB)  PSSI itu sudah sangat kuat.

Bahkan, desakan tersebut bukan hanya datang dari tim tim eks Indonesia Super League (ISL) namun juga dari tim-tim Divisi Utama dan Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI.

”Isu yang saat ini berkembang di internal voters adalah kongres tahunan No, Kongres Luar Biasa Yes,” kata Babay.

“Dan, selama beberapa hari ini, jumlah voters yang mendesak untuk terjadinya kongres luar biasa itu terus bertambah. Bukan lagi jumlah 85 voters tapi sudah 90 dukungan,” tegasnya.

Sebagai catatan, desakan KLB PSSI tersebut itu lahir dari 85 dari total 107 voters PSSI. Keinginan mereka tersebut bahkan sudah disampaikan ke PSSI secara resmi pada awal April lalu.

Salah satu anggota Executive Committee PSSI, Tony Apriliani mengatakan, apa yang dilakukan oleh para voters itu sudah sangat benar. “Kami mengapresiasi langkah mereka,” ujar Tony.

Kelompok 85 yang menjadi motor penggerak pelaksanaan KLB PSSI kembali mendapat tambahan dukungan. Bergabungnya PSM Makassar dan Barito Putera seakan membuat KLB PSSI semakin nyata terjadi.

Dalam beberapa pekan terakhir, isu KLB PSSI memang menyeruak. Bahkan, pasca-dicabutnya sanksi FIFA, keinginan ini tak juga terbendung.

Kelompok 85 menjadi penggerak klub-klub yang sudah jengan dengan kepemimpinan PSSI saat ini. Dari yang awalnya hanya 85 klub, kini sudah terkumpul 89 anggota PSSI.

’’Kami bertambah dua surat permohonan lagi dari PSM dan Barito. Surat permohonan ini ditindaklanjuti dengan penjelasan dan tanggapan dari exco dan sekjen PSSI,” tulis rilis yang diterima JawaPos.com.

Memang, hingga saat ini, permintaan Kelompok 85 belum juga mendapatkan tanggapan dari PSSI. Mereka masih menunggu surat resmi keputusan PSSI lantaran syarat KLB sudah terpenuhi.

Pemain sepak bola Indonesia tampaknya ogah terlalu dalam ikut campur dalam rencana menggulirkan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Mereka memilih untuk tetap bermain dan yang penting kompetisi tak berhenti di tengah jalan lagi.

Memang, dalam kisruh sepak bola, pemain menjadi yang paling dirugikan. Mulai dari berhentinya liga, hingga gaji yang tak kunjung mencair.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan