Masyarakat Apatis Jelang Pilkada

BANDUNG – KPU (Komisi Pemelihan Umum) Kabupaten Bandung, sudah jauh-jauh hari melakukan persiapan untuk menyambut Pilkada serentak yang akan berlangsung 9 Desember 2015. Persiapan itu dimulai dari bimbingan teknis kepada PPK (Panitian Pemilihan Kecamatan) dan PPS (Panitia Pemungutan Suara) di keluruhan-kelurahan.

Masyarakat Apatis Jelang Pilkada - bandung ekspres
Istimewa

JENUH: Sejumlah poster yang menampilkan para calon dalam kegiatan Pemilu lalu, diacuhkan oleh warga yang melintasi jalan.

Kendati 172 hari lagi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Bandung akan dilaksanakan, kini KPU sedang melakukan pemuktahiran data melalui PPS dibantu RT dan RW.

Sementara dari calon Bupati dan Wakil Bupati Bandung yang sudah mendaftar baru 1 pasangan, yaitu incumbent Dadang Naser didampingi Gun Gun Gunawan melalui jalur Perorangan.

Dadang Naser merupakan kader Partai Golkar. Namun karena Partai Golkar terjadi konflik, Dadang memilih jalur non partai. Dan dia mendapatkan dukungan sebanyak 230 ribu dukungan, melebihi syarat yang ditentukan.

Meski begitu, ternyata banyak masyarakat tidak tahu akan ada pemilihan Bupat dan Wakil Bupati. Tubagus Koko Asmara seorang penduduk GBA mengatakan, Pilkada di Kabupaten Bandung belum ada kegiatan yang signifikan, tidak ada tanda-tanda ekspose atau kampanye. ’’Mungkin suasananya bulan Ramadan, jadi hiruk-pikuk pemilihan tidak seperti tahun yang lalu,’’ terangnya.

Dia menambahkan, banyak kemungkinan yang terjadi terkait Pilkada. ’’Kabupaten Bandung sepertinya belum tersentuh sosialisasi Pilkada serentak, atau warga Kabupaten Bandung sudah jenuh melihat yang tampil itu lagi, itu lagi,’’ tambahnya.

Begitu juga yang dikatakan Nia, warga Margahayu Kencana. Dia menilai, masyarakat kurang begitu tahu akan adanya pemilihan tersebut, dan kelihatannya masyarakat apatis tak begitu peduli terhadap Pilkada. ’’Masyarakat sudah bosan, hanya janji-janji manis yang diucapkan tanpa adanya realisasi. Buktinya masih banyak jalan-jalan yang rusak dan mereka tutup mata terhadap masyarakat kecil,’’ paparnya.

Hal tersebut justru membuat masyarakat tidak memikirkan pilkada. ’’Masyarakat justru menjerit dengan tingginya harga-harga bahan pokok dan masyarakat juga harus menghadapi beban biaya sekolah anak-anak yang besar,’’ tandasnya. (rmo/far)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan