JABAR EKSPRES – ANGKA kemiskinan ekstrem yang disajikan Badan Pusat Statistik Jawa Barat sepertinya belum menampilkan angka terbaru. Alasannya data tersebut baru ada di tingkat nasional.
Selain kategori miskin, masyarakat juga digolongkan berdasarkan kategori miskin ekstrem. Kategori itu mengacu standar yang ditetapkan Bank Dunia. Yakni, penduduk miskin ekstrem adalah penduduk yang hidup di bawah US$ 2,15 PPP 2017 per hari.
“Jadi penghitungan kemiskinan ekstrem dilakukan dengan membandingkan pengeluaran per kapita penduduk dengan garis kemiskinan yang ditentukan oleh Bank Dunia,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima Jabar Ekspres, Kamis (18/12).
Baca Juga:Jutaan Warga Jabar Masih Melarat, Dedi Mulyadi Tak Punya Program Konkret atasi Kemiskinan?Terdampak Banjir Sumatra, 100 Warga Dipulangkan Pemprov Jateng
Sedangkan berdasarkan data Susesnas yang telah dilakukan, persentase penduduk miskin di Jawa Barat periode Maret 2025 mencapai 7,02 persen. Jika dihitung penduduk miskin jumlahnya mencapai 3,65 juta jiwa. Dengan nilai garis kemiskinan pada periode ini adalah Rp 547.752 per kapita per bulan. “Sementara kemiskinan ekstrem yang dihitung dan disajikan hanya sampai level nasional,” jelasnya.
Data nasional menunjukkan, pada Maret 2025 tercatat ada 0,85 persen penduduk Indonesia adalah miskin eksterem. Atau ada sekitar 2,38 juta orang. Sementara itu, secara jumlah penduduk miskin di Jawa Barat menunjukkan tren penurunan dibanding tahun sebelumnya. Namun jumlahnya tidak terlalu signifikan. Pada 2024, penduduk miskin di Jabar ada di angka 3,85 juta jiwa dan kini ada di 3,65 juta jiwa.
Tren persentase penduduk miskin di Jawa Barat menunjukkan penurunan sejak 2022. Pada Maret 2022 tercatat masih di angka 8,06 persen. Angkanya terus turun, misal pada September 2022 ada di 7,98 persen, Maret 2023 ada di 7,62 persen, Maret 2024 ada di 7,46 persen, September 2024 ada di 7,08 persen dan Maret 2025 ada di 7,02 persen.
BPS juga mencatat sejumlah komoditi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan pada Maret 2025. Di perkotaan, dari komoditi makanan terbesar adalah beras dengan 22,03 persen, disusul rokok kretek filter 11,12 persen.
Lalu dari sisi komoditi non makanan penyumbang terbesar adalah perumahan dengan 9,74 persen dan bensin 2,44 persen. Hal senada juga terjadi di perdesaan. Tertinggi masih beras dan rokok kretek filter.
DPRD Jabar Minta Tuntaskan Kemiskinan
Masalah kemiskinan di Jawa Barat menjadi catatan tersendiri bagi kalangan dewan di DPRD Jabar. Ketua Komisi V DPRD Jabar Yominus Untung meminta, Pemprov Jabar dibwah komando Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi agar melakukan langkah konkret untuk menurunkan angka kemiskinan.
