Gedebage Banjir Lagi, Pengamat: Kolam Retensi Tak Akan Efektif Jika Tata Lahan Tak Dikendalikan

Gedebage Banjir Lagi, Pengamat: Kolam Retensi Tak Akan Efektif Jika Tata Lahan Tak Dikendalikan
Warga menggunakan sepeda motor melintas disamping Kolam Retensi Gedebage, Kota Bandung. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Banjir yang kembali merendam kawasan Gedebage pada Minggu (7/12) mendapat sorotan tajam dari Pengamat Tata Ruang UPI, Yudi Asep. Menurutnya, genangan yang meluas usai hujan deras dari sore hingga malam hari menunjukkan bahwa persoalan yang dihadapi Bandung Timur jauh lebih kompleks daripada sekadar kurang optimalnya dua kolam retensi di wilayah tersebut.

Gedebage memiliki dua infrastruktur pengendalian banjir, Kolam Retensi Gedebage dan Kolam Retensi Pasar Gedebage, yang dibangun untuk mereduksi limpasan air. Namun Yudi menilai, fungsi keduanya hanya menjadi penanganan teknis di hilir apabila persoalan tata ruang di hulu dan tengah tidak diatasi.

Menurut Yudi, banjir Gedebage yang berulang merupakan akumulasi dari tiga faktor besar: alih fungsi lahan masif, kapasitas saluran yang tidak sebanding dengan perkembangan kawasan, serta buruknya konektivitas drainase menuju kolam retensi.

Baca Juga:Gedebage: Potret Kawasan yang Masih Terjebak Banjir, Macet, dan KepadatanAtasi Banjir Kronis, Kecamatan Gedebage Usulkan Dua Rumah Pompa

“Kolam retensi hanya dapat bekerja optimal apabila sistem tata ruang, terutama di kawasan hulu dan tengah, dikendalikan secara ketat. Jika lahan-lahan yang dahulu menjadi area resapan kini ditutup bangunan, maka limpasan air meningkat drastis. Kolam retensi tidak akan mampu menahan volume air sebesar itu,” jelasnya.

Yudi menegaskan, konsep pengendalian banjir harus dipahami sebagai sistem, bukan sekadar pembangunan satu-dua fasilitas teknis.

Yudi menyoroti pesatnya pembangunan permukiman, pusat perdagangan, dan infrastruktur besar di kawasan Gedebage. Berdasarkan pengamatan lapangan, perkembangan tersebut tidak diikuti dengan pembenahan sistem drainase secara menyeluruh.

“Bandung Timur sedang tumbuh, tapi sistem drainasenya tetap seperti kawasan lama. Artinya ada mismatch antara perkembangan tata ruang dengan kesiapan infrastruktur air,” katanya.

Kondisi ini diperparah dengan sedimentasi saluran yang membuat aliran air tidak lancar menuju dua kolam retensi.

“Air mengenal jalur gravitasi. Jika ada hambatan, mereka akan meluas ke permukiman,” tegas Yudi.

Yudi mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung untuk melakukan audit tata ruang dan hidrologi kawasan Gedebage dan sekitarnya.

Baca Juga:Kecamatan Gedebage Usulkan Pembangunan Dua Kolam Retensi Baru untuk atasi BanjirOverflow jadi Biang Kerok Banjir Gedebage, Solusi Belum Tercapai

Menurutnya, tiga langkah strategis harus segera dilakukan, audit konektivitas saluran ke dua Kolam Retensi, pengetatan izin pembangunan di kawasan resapan, pembangunan sistem pengendali banjir terintegrasi.

0 Komentar