“Betul, jadi mereka ga hanya menerima perubahan tapi juga kita dampingi. Pendampingan di lapangan dilakukan secara bertahap agar semua dapat mengikuti tanpa merasa terbebani,” tuturnya.
Ia menekankan bahwa tujuan dari digitalisasi bukan mempersulit, melainkan mempermudah aktivitas pedagang sehari-hari.
Ketika ditanya mengenai hambatan yang muncul dalam proses digitalisasi pasar tradisional, Wawan menyebut bahwa kendala adalah bagian wajar dari proses perubahan.
Baca Juga:Inflasi Mengancam, Cimahi Bangun Sentra Cabai untuk Pasar LokalHarga Naik hingga Pasokan Bahan Terganggu Program MBG, Pedagang di Pasar Atas Baru Cimahi Tertekan
“Alhamdulillah, kendala mah pasti ada ya, tetapi masih bisa kita handle,” terangnya.
Salah satunya adalah persoalan teknis seperti jaringan internet. “Kalau jaringan Wi-Fi sedang tidak baik, pihak pake tethering kuota atau hotspot,” katanya.
Selain sistem pembayaran dan promosi, UPTD Pasar Cimahi juga tengah menyiapkan inovasi baru terkait pengelolaan kebersihan.
Wawan mengungkapkan rencana digitalisasi kebersihan pasar melalui sistem pelaporan langsung live report yang menampilkan foto titik-titik kotor yang sudah dibersihkan.
“Ini sebagai analisis data untuk pengambilan keputusan jadinya mirip radar kebersihan pasar,” ujarnya.
Menariknya, inovasi ini tidak membutuhkan anggaran khusus.
“Kegiatan ga perlu berbasis anggaran, ini kegiatan rutin yg dapat dilakukan setiap hari,” tutupnya. (Mong)
