Pengamat Soal Tantangan Finansial Whoosh: Maksimalkan Pendapatan Non-Tiket

Pengamat Soal Tantangan Finansial Whoosh: Maksimalkan Pendapatan Non-Tiket
Ilustrasi: Petugas menyambut calon penumpang disamping kereta cepat Whoosh beberapa waktu silam. Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Keberadaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atauWhoosh terus mendapatkan sorotan, khususnya terkait masalah keuangan.

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno mengatakan, pendapatan Whoosh dinilai bisa dimaksimalkan.

“Dari peningkatan pendapatan non-tiket. Pendapatan selama ini baik dari tiket penumpang non-tiket sudah dapat menutup biaya operasional,” katanya kepada Jabar Ekspres, Jumat (14/11).

Baca Juga:Kasus Whoosh, KPK Sebut Telah Meminta Keterangan dari Beberapa PihakKritik Terhadap Whoosh Bukan Bentuk Penolakan, Pemerhati: Jangan Hanya Jadi Pajangan 

Disampaing itu, menurut Djoko, PT KCIC masih dapat meningkatkan pendapatan non tiket. Di antaranya, pemanfaatan Transit Oriented Development (TOD).

“Pengembangan Ritel Stasiun, yakni mempercepat pengembangan kawasan komersial di Stasiun Halim, Karawang, Padalarang dan Tegalluar untuk menarik penyewa ritel (restoran, kafe, toko oleh-oleh, convenience store),” bebernya.

Djoko menerangkan, pendapatan diperoleh dari sewa dan bagi hasil. Area Komersial di TOD, membangun atau menyewakan ruang kantor, hotel, serta residensial di kawasan terintegrasi stasiun, untuk mendapatkan pendapatan jangka panjang dari real estate.

Diketahui, proyek pembangunan KCJB yang dimulai pada Januari 2016 itu, tercatat mulai beroperasi secara komersial pada Oktober 2023 lalu.

Setelah rampung dan dua tahun beroperasi, persoalan pun muncul, diantaranya PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengklaim, terus mengalami kerugian triliunan rupiah.

Oleh karenanya, kerugian tersebut jadi beban keuangan BUMN-BUMN Indonesia yang jadi pemegang saham mayoritas.

Kerugian ini terjadi karena KCIC harus menanggung beban utang, selama proses pembangunan hingga lahirnya sang kereta cepat bernama Whoosh.

Baca Juga:Dibayangi Tantangan Finansial, Pemerhati Transportasi Nilai Whoosh Belum Kehilangan HarapanSoal Utang Whoosh, Presiden Perintahkan Menteri Cari Solusi Terbaik!

Selain pengembangan retail stasiun untuk meningkatkan pendapatan non-tiket, menurutnya iklan dan media luar ruang pun berpotensi menambah pemasukan KCIC.

“Pemasangan iklan digital inovatif, memanfaatkan stasiun dan interior kereta (layar, wrap) untuk iklan premium dengan teknologi berbasis data waktu nyata, menawarkan platform iklan eksklusif sebagai moda transportasi tercepat di Asia Tenggara,” terang Djoko.

“Kerjasama branding dengan menawarkan kesempatan co-branding dengan merek besar, misalnya menamai area tertentu di stasiun dengan nama brand atau sponsorship gerbong,” lanjutnya.

Djoko menambahkan, potensi lain yang dapat mendorong pemasukan di sektor non-tiket, yakni dengan peningkatan layanan dan fasilitas.

“Layanan value-added, menawarkan layanan premium berbayar, seperti Fast Track Access , layanan bagasi, atau kemitraan dengan penyedia layanan co-working space di stasiun,” imbuhnya.

0 Komentar