Warga Batununggal Tolak Dapur MBG: Banyak Efek Negatifnya!

Warga Batununggal Tolak Dapur MBG: Banyak Efek Negatifnya!
Warga melintas di samping spanduk penolakan dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) terpasang di Perumahan Parakan, Kelurahan Batununggal, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung, Senin (10/11). Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Sejumlah warga RT 4 RW 2 Kelurahan Batununggal, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung, menyatakan menolak keberadaan dapur operasional program Makan Bergizi Gratis (MBG). Warga khawatir aktivitas dapur akan menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan lingkungan yang padat penduduk.

Penolakan warga itu terlihat dari spanduk berwarna kuning yang terpasang di plang besi penutup portal kompleks. Dalam spanduk tersebut tertulis dukungan terhadap program MBG, namun penolakan terhadap dapur yang beroperasi di lingkungan padat penduduk.

Tulisan di spanduk itu bertuliskan, “Kami warga RT04/RW02 Komplek Parakan mendukung program MBG tapi kami menolak dapur produksi MBG di lingkungan kami karena banyak efek negatif bagi lingkungan.”

Baca Juga:Cegah Kasus Keracunan Berulang, Dinkes Bandung Barat Percepat SLHS Dapur Program MBGDapur MBG Sari Good Disorot, Lurah Utama Desak Perbaikan Sistem Cuci Alat Makan

Ketua RW 2, Badri Furqan, mengatakan warga tidak menerima sosialisasi awal soal pembangunan dapur MBG oleh pihak pengelola. Ia menyebut kabar pembangunan dapur itu baru diketahui warga ketika prosesnya sudah berjalan.

“Warga dan pengelola dapur MBG pun berdialog di gedung Serbaguna RW 2 Kelurahan Batununggal. Hasilnya, sejumlah warga menolak keberadaan dapur,” kata Badri saat dikonfirmasi, Senin (10/11/2025).

Badri menyebut, warga sudah menandatangani pernyataan bahwa mereka tidak menolak program MBG, namun menolak keberadaan dapur di kawasan padat penduduk.

“Terus disitu ada juga tanda tangan dari warga bahwa bukan MBG-nya, MBG-nya udah jadi program PSN itu harus mutlak didukung tapi eksistensi keberadaan dapur MBG tersebut yang memungkinkan ke depannya menjadi warga itu terganggu,” ujarnya.

Menurut Badri, jika sosialisasi dilakukan sejak awal, persoalan ini bisa lebih cepat menemukan titik terang. Ia menilai warga sebenarnya terbuka terhadap komunikasi dari pihak manapun.

“Kalau misalnya ada keinginan baik kita juga kan akan respon dengan baik. Tapi bagaimanapun juga saya akan berkomunikasi dengan siapapun dengan baik. Kalau warga juga dia kan sudah di awal ngomong gitu, informasinya tidak sesuai tapi sekarang faktanya seperti ini,” kata dia.

Warga, kata Badri, khawatir dengan kebisingan dapur yang mungkin berlangsung pada malam hari, serta pengelolaan sampah yang bisa menimbulkan bau. Meski demikian, ia menegaskan warganya tetap mendukung program unggulan Presiden Prabowo tersebut.

0 Komentar