Sumpah "Sehat” Pemuda 6.0

Lagu Perjuangan
Pemuda dan pemudi membawakan lagu-lagu perjuangan dan lagu daerah saat peringatan Sumpah Pemuda ke-97 yang digelar di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (28/10/2025). Peringatan Sumpah Pemuda PDI Perjuangan tahun ini mengusung tema “Suara Muda: Yang Muda Yang Bersuara,” yang menjadi wadah dialog kebangsaan bagi anak muda lintas kampus dan komunitas untuk mengekspresikan pandangan serta gagasan mereka tentang masa depan Indonesia. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/bar
0 Komentar

Nanoteknologi mengajarkan presisi: menghantarkan obat hanya ke sel target, tanpa merusak jaringan sehat. Kebijakan pemuda pun harus demikian — kontekstual, lokal, dan realistis. Edukasi untuk buruh, mahasiswa, sopir daring, dan pekerja kantoran harus berbeda. Pendekatan yang seragam hanya akan membuat sebagian besar tubuh bangsa tidak tersentuh terapi.

Ada satu elemen yang kerap diremehkan, padahal sangat ilmiah: cinta kasih. Empati adalah intervensi medis paling natural. AI bisa membaca data kesehatan, robot bisa melakukan operasi mikro, tetapi tak satu pun mesin bisa memberi rasa aman emosional kepada pemuda yang merasa hidupnya retak. Rasa aman menurunkan stres, menstabilkan detak jantung, menjaga kerja otak rasional, dan menekan inflamasi. Dari sudut imunologi, empati adalah obat.

Sumpah Pemuda bukan sekadar peringatan sejarah. Ia adalah protokol hidup bangsa sehat: tubuh yang tidak menyerang dirinya sendiri, tidak membiarkan “sel kanker sosial” tumbuh, dan selalu memperbarui kemampuan penyembuhan diri.

Baca Juga:Menko PMK: Stunting dan TBC jadi Permasalahan Mendasar KesehatanWapres Ikut Cek Kesehatan Gratis di Puskesmas Menteng

Di titik inilah, pemuda berhak bersumpah ulang. Bukan sumpah untuk menjadi mesin produktivitas, tanpa istirahat. Bukan sumpah untuk selalu kuat, tanpa boleh rapuh. Melainkan sumpah yang sangat klinis, sangat politis, dan sangat manusiawi. Saya berhak merawat tubuh saya sendiri tanpa diejek malas. Saya berhak menolak kekerasan digital, tanpa dilabeli baper. Saya berhak tidur nyenyak. Saya berhak sehat mental. Saya berhak aman. Kesehatan saya bukan urusan privat yang harus disembunyikan, melainkan kepentingan strategis republik. Inilah Sumpah Sehat Pemuda 6.0.

Di sinilah pemuda berhak bersumpah ulang. Bukan sumpah untuk menjadi mesin produktivitas, tanpa istirahat, melainkan sumpah manusiawi: saya berhak merawat tubuh saya, tanpa diejek malas; saya berhak menolak kekerasan digital, tanpa dilabeli baper; saya berhak tidur nyenyak dan sehat mental; saya berhak merasa aman.

Seperti para pemuda 1928 berkata, “Kalau kita tidak bersatu, kita hancur,” maka pemuda hari ini perlu berkata: “Kalau kita tidak melindungi kesehatan fisik, mental, ekologis, dan digital generasi muda, tubuh Indonesia akan rapuh.” Sistem imunnya melemah, sel mudanya aus sebelum waktunya, jaringan penyangganya retak, bahkan sebelum berdaya.

0 Komentar