Irama "Mistis" dari Bandung Timur: Benjang, Reak, dan Dogdog yang Menyatu dalam Nafas Alam

Irama \"Mistis\" dari Bandung Timur: Benjang, Reak, dan Dogdog yang Menyatu dalam Nafas Alam
Ilustrasi Reak di Bandung Timur (Jabarekspres)
0 Komentar

Namun yang paling menarik dari Reak adalah momen ketika pemain tampak kesurupan. Mereka menari di luar kendali, seolah ada kekuatan lain yang menggerakkan tubuh.

Fenomena ini sering dianggap mistis, padahal bisa dijelaskan lewat ilmu saraf dan psikologi kolektif.

Ritme dogdog dan terompet yang cepat serta berulang memicu otak memasuki gelombang theta, kondisi trans ringan yang juga muncul dalam meditasi dan hipnosis.

Baca Juga:Kembangkan Ekosistem Seni dan Budaya, Pemkab Bandung Resmikan Tiga Inovasi UnggulanPengelolaan Aset Pondok Seni Pangandaran Belum Maksimal, Komisi I Sarankan Kerja Sama

Tubuh kehilangan kontrol sadar, digerakkan oleh impuls bawah sadar sebuah pengalaman spiritual yang dalam tradisi Sunda disebut “kasurupan”.

“Dalam Reak, trans bukan hal menakutkan, Itu simbol penyatuan manusia dengan kekuatan kosmis dan emosionalnya. Dalam bahasa sains, itu pelepasan energi psikis kolektif.” kata Antropolog Budaya Unpad, Rafi Permana.

Di balik semua pertunjukan itu, dogdog adalah jantungnya. Bentuknya sederhana, tabung kayu berlapis kulit kambing tapi suaranya punya daya magis yang kuat.

“Dogdog itu nyawa,” ujar Udin.

Irama dogdog yang teratur pada frekuensi rendah 50–60 detak per menit ternyata beresonansi dengan ritme jantung manusia saat dalam kondisi tenang. Tak heran bila penonton ikut terbawa, tubuh ikut bergetar, bahkan tanpa sadar menari.

Bagi masyarakat Sunda, tabuhan dogdog bukan sekadar musik, melainkan panggilan spiritual suara bumi yang mengingatkan manusia akan asalnya.

Baik Benjang, Reak, maupun Dogdog, semuanya lahir dari keyakinan bahwa tubuh manusia adalah bagian dari alam.

Dalam kosmologi Sunda, ada konsep “sekala” (yang kasat mata) dan “niskala” (yang tak terlihat). Dua dunia itu tidak bertentangan, melainkan saling menopang.

Baca Juga:Gelaran Seni Terbesar di Asia Tenggara, Pasar Seni ITB 2025 Hadir Wujudkan Ruang Seni Inklusif dan InovatifAdicitra Ganesha ITB 2025, Turut Dimeriahkan Lebih dari 50 Maestro, Seniman dan Desainer Nasional

Bagi ilmuwan modern, konsep itu sejajar dengan hubungan fisik dan psikis, antara biologi dan kesadaran.

“Kalau dilihat dari sisi ilmiah, kesenian tradisional seperti ini justru sangat maju, Mereka mengajarkan regulasi napas, fokus mental, dan keseimbangan sosial, hal yang kini kita sebut ‘mindfulness’.” ujar Rafi.

Meski modernisasi menggempur, kesenian ini belum mati. Di kampung-kampung Bandung Timur, anak-anak muda mulai mempelajari kembali cara menabuh dogdog, menari Reak, dan berlatih Benjang. Media sosial justru menjadi ruang baru untuk menampilkan tradisi yang dulu dianggap kuno.

0 Komentar